selamat datang teman-teman se-Dhamma _/|\_

semoga bermanfaat

Minggu, 30 Mei 2010

Limah hal yang menyebabkan lenyapnya Dhamma yang Asli


1. Tidak ada rasa hormat pada Buddha; dengan katalain, beberapa orang walaupun mereka memanggil diri mereka sebagai Buddhis, tidak menaruh banyak rasa hormat kepada Buddha seperti kepada makhluklainnya.
2. Tidak ada rasa hormat kepada Dhamma, yakni sutta Sang Buddha dalam 4 nikaya. Sangbuddha berkata di S.N.20.7 bahwa di masa depan orang-orang tidak ingin mendengarkan dan menguasai khotbah-khotbah Sang Buddha. Mereka lebih menyenangi untuk mendengarkan dan menguasai kata-kata para siswanya, dan ini hanya persajakan belaka, dibandingkan dengan sutta Sang Buddha. Jadi kita harus berkonsentrasi dalam mempelajari 4 nikaya dari pada buku-buku lain.
3. Tidak ada rasa hormat pada Sangha. Mungkin, untuk berbagai alasan, umat awam gagal menjalankantugas mereka dalam mendukung para Bhikkhu/i maka garis silsilah Sangha terputus , sehingga menjadi lenyap.
4. Tidak ada rasa hormat pada praktek Dhamma, yakni menjalankan pelatihan sila, samdhi, panna. Beberapa orang mempraktekan Dhamma dan beberapa orang berkata bahwa sila dan samdhi tidak diperlukan, dan sebagainya.
5. Tidak ada rasa hormat pada samadhi, yakni empat jhana. Beberapa orang mengajarkan bahwa jhana tidak penting dan tidak diperlukan untuk pencerahan. Ini dengan sendirinya akana menyebabkan lenyapnya dhamma yang asli.
4 nikaya kayni : Digha Nikaya (D.N.) , Majjhima Nikaya (M.N.) , Samyutta Nikaya (S.M.) dan Anguttara Nikaya (A.N.)
( sumber S.N.16.13, komentar dari Bhikkhu Dhammavuddho )
Dikutip dari buku Samatha-Vipasana terbitan Samwara )

Kamis, 27 Mei 2010

PENGARUH AGAMA BUDDHA TERHADAP AGAMA KRISTEN

Penulis : Amarasiri Weeraratne, Ceylon



Terjemahan dari :
Influence of Buddhism on Christianity,
dalam ‘Voice of Buddhism’ Vol. 5 No.2, June 1968.


Dalam buku The Pagan Source of Christianity, Edward Carpenter menerangkan bagaimana Mithraisme atau kepercayaan-kepercayaan kuno kepada Dewa Matahari mempengaruhi dogma dan ajaran-ajaran Kristen. Dalam The Source of Christianity, Kwaja Kamal Udin, Imam masjid London menerangkan dengan jelas bagaimana doktrin-doktrin Bunda Perawan, Penyaliban untuk menyelamatkan dunia, Kebangkitan pada hari ketiga dan penetapan tanggal 25 Desember sebagai hari lahir Yesus diambil dari kepercayaan kuno kepada Dewa Matahari. Tidak hanya ini, tetapi juga tanggal-tanggal yang ditetapkan untuk peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Kristus diambil dari Mithraisme.Agama Kristen didirikan di atas paham-paham yang ada dan dapat berterimakasih atas penghancuran perpustakaan Alexandria yang memiliki bukti-bukti yang nyata mengenai dasar-dasar agama tersebut. Agama Kristen memang tumbuh dari agama-agama yang lebih dulu, lebih tua dan lebih superior. Paham Logos berasal dari Neo Platonisme, paham Tuhan dari Judaisme, Baptisme dari Essenes, Komuni dari Zoroastrianisme dan Juru Selamat Dunia dari Paganisme….dan misteri-misteri hampir seluruhnya diambil ke dalam agama Kristen.

Dalam peniruan dari agama-agama yang lebih tua agama Kristen dalam kitab Amsal mengutip beberapa pasal kata demi kata dari tulisan-tulisan orang bijaksana Mesir Amenemopa. “Surat-surat Paulus” berasal dari versi-versi Samaria yang bersumber dari versi-versi Sansekerta mengenai Deva Bodhisattva. Bangsa Yahudi memiliki kitab Daniel dari buku-buku Zoroaster dan demikian juga kitab Wahyu merupakan pengetahuan yang telah dikenal pada masa sebelum Kristen dan mempunyai hubungan dengan tulisan-tulisan Zoroaster.Keempat Injil dan sebagian percakapan-percakapan merupakan penyajian kembali dalam bentuk lain dari keempat fase kehidupan Buddha (Marie Harlowe, Michigan USA).

Dalam artikel ini bukan maksud saya untuk meninjau semua sumber agama Kristen, melainkan pengaruh agama Buddha yang ada hubungannya dengan agama Kristen. Telah dikenal bahwa agama Buddha merupakan agama missionary yang pertama di dunia. Ketika dapat mengumpulkan 60 orang Arahat, Buddha mengutus mereka untuk pekerjaan missi dengan kata-kata, “Mengembaralah, oh para Bikkhu, untuk kesejahteraan dunia…” dan seterusnya. Berbeda dengan Yesus, yang ketika Ia hidup tidaklah menginginkan ajarannya dibawa keluar dari bangsa Yahudi. Ia berkata kepada murid-muridnya : “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Matius 10 : 5-6). Tetapi setelah kebangkitannya di hadapan murid-muridnya Ia berkata : “Jadikanlah semua bangsa muridku”. Hal ini berbeda dengan apa yang dikatakannya ketika Ia hidup.

Dalam mewartakan agama Buddha, missionaris-missionaris Buddha sudah aktif sejak dari awal mula. Konferensi ( konsili ) Agung Sangha ketiga yang diadakan di Pataliputra, 250 tahun setelah Sang Buddha mencapai Parinibbana, memutuskan untuk menyiarkan agama Buddha ke seluruh dunia. Demikianlah di bawah Kaisar Asoka, berbagai delegasi dhammaduta diutus ke pelbagai negara barat dan timur. Di barat, Alexandria di Mesir dan lima negara Yunani di Asia kecil disebutkan dalam Inskripsi Raja Asoka, juga dalam Mahavamsa.

Alexandria di Mesir yang disebutkan di situ adalah kota kedua dalam Kekaisaran Romawi. Kota tersebut merupakan pusat kebudayaan di dunia barat pada abad kedua sebelum Masehi. Separuh kapal-kapal dagang pada zaman itu berlabuh di pelabuhan kota. Tidak hanya sebagai pusat perniagaan tetapi juga sebagai pusat kebudayaan tempat barat dan timur bertemu. Di kota kosmopolitan ini, sarjana-sarjana dari daerah sekitarnya berkumpul untuk mendiskusikan filsafat dan ilmu pengetahuan. Mereka menggunakan fasilitas perpustakaan Alexandria yang termashyur itu yang memiliki perbendaharaan pengetahuan yang berharga.

Di sini sejumlah pengaruh agama Buddha datang melalui misionaris-missionaris Asoka, pengetahuan mengenai agama Buddha dan buku-buku yang dipengaruhi agama Buddha tersedia untuk sarjana-sarjana ini. Clement dari Alexandria (abad ke-2) menyebut-nyebut agama Buddha, Jain dan Brahmana dalam tulisannya. Ia menyebut nama Buddha. Pendeta Inge dalam tulisannya juga menyebutkan fakta-fakta yang sesuai bahwa Alexandria adalah tempat belajar dan pusat kebudayaan pada abad kedua Masehi. Di sini, dalam perpustakaan Alexandria inilah penulis-penulis Injil memperoleh pengetahuan tentang agama Buddha dan paham-paham Buddha yang menjadi latar belakang tulisan-tulisan mereka.

Hal ini menimbulkan pertanyaan bilamana Injil-injil ditulis dan oleh siapa? Cukup bertentangan dengan pendapat umum, Injil-injil menurut Matius, Markus, Lukas dan Yohanes bukanlah ditulis oleh mereka. Tidak ada bukti-bukti di dalam Injil-injil berkenaan dengan pengarangnya, kecuali dalam Injil Yohanes. Injil terakhir yang penuh dengan paham-paham Theologis yang berbeda dengan ajaran-ajaran Etika yang terdapat dalam ketiga Injil lainnya. Ini merupakan Injil yang diduga oleh para ahli sebagai hasil karya seorang Theolog yang lebih belakangan. Faustus seorang Manichean abad ketiga menyatakan : Tiap orang mengetahui bahwa Injil-injil bukanlah ditulis oleh Yesus Kristus ataupun oleh murid-muridnya sendiri, melainkan lama setelah mereka dan dipengaruhi oleh tradisi-tradisi ditulis oleh orang-orang yang mengetahui serta menduga bahwa tulisan-tulisan mereka tidaklah akan diterima oleh karena bukanlah datang dari observasi mereka sendiri. Oleh karena itu mereka menempatkan sebagai tradisi nama rasul-rasul pada masa itu.

Bahkan Augustine kepala gereja pada masa awal meyatakan, “Hal-hal yang sekarang dikenal sebagai agama Kristen muncul diantara agama-agama… maupun yang sudah ada sebelum agama Kristen muncul”. Hal ini menerangkan bagaimana ajaran-ajaran dan kepercayaan-kepercayaan dari agama-agama sebelum Kristen berkorporasi menjadi agama Kristen.

Keempat Injil ditulis pada masa pertengahan kedua abad kedua Masehi. Pada waktu itu semua murid Yesus telah meninggal. Karena Yesus menjanjikan kedatangannya yang kedua dan datangnya akhir zaman dalam waktu dekat, yaitu dalam masa hidup murid-muridnya, maka tidaklah dipikirkan untuk mencatat Injil atau yang diajarkan Yesus. Tetapi setelah murid Yesus yang terakhir bertahan Yohanes meninggal pada usia 120 tahun, ternyata ramalan Yesus tidak tergenapkan. Mereka kemudian menduga bahwa kedatangannya yang kedua baru akan terjadi nanti pada suatu waktu yang jauh.

Setelah gereja tumbuh dan berpengaruh dengan diangkatnya menjadi agama negara dari Kekaisaran Romawi, maka menjadi perlu untuk menulis Injil-injil dan kitab-kitab suci agama Kristen lainnya. Sampai waktu itu Perjanjian Lama, kitab suci bangsa Yahudi melayani kebutuhan agama Kristen. Sejak waktu itulah muncul sejumlah besar tulisan-tulisan suci sebagai Injil-injil dan surat-surat.

Lukas pada permulaan Injilnya, menyebutkan adanya banyak Injil. Ini merupakan sindiran terhadap 49 Injil yang semuanya mengaku otentik yang ada pada waktu itu. Bahkan surat Petrus yang kedua dalam Perjanjian Baru sekarang ini dikenal sebagai hasil karya seorang penulis yang memakai nama murid Yesus yang dihormati itu. Pengikut-pengikut Marcion menyatakan bahwa Injil Lukas merupakan saduran dari Injil yang ditulis oleh Marcion dengan hiasan-hiasan dan tambahan-tambahan.

PERJANJIAN BARU

Dari kekacauan ini Perjanjian Baru yang ada itu diseleksi dan disusun oleh Konsili yang diketuai oleh Paus di Damascus pada tahun 382 setelah Masehi. Ini kemudian disahkan oleh Konsili di Karthago dan kitab-kitab palsu yang dikenal sebagai ‘The Sunday Afternoon Literature of The Early Church’ tidak dipakai lagi. Sejak saat itu tidak ada lagi kontroversi mengenai siapa yang autentik.

Tidak hanya Marcionisme tetapi juga Therapeutae, Essenes dan Gnostic adalah sekte-sekte Kristen yang sudah ada sebelum kristalisasi Gereja Katholik. Semua sekte ini dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Buddha. Peraturan dan upacara penahbisan dilahirkan dari pengaruh agama Buddha. Mendiang pendeta Menzil berpendapat tanpa ragu-ragu bahwa upacara-upacara dan ritus-ritus Therapeutae berasal dari missionaris-missionaris Buddha Asoka yang datang ke Mesir. Kata Therapeutae sendiri berasal dari bahasa Pali Theraputta yang merupakan istilah bagi rahib Buddha terutama Samanera, Juga doktrin Essenes merupakan campuran antara Judaisme dan ajaran–ajaran Buddha yang dapat dilihat dari pandangan mereka mengenai keselamatan melalui perkembangan 8 Tingkatan sesuai dengan 8 Jalan Utama dari agama Buddha.

Basilides, Bardesanes, Corpocretes, Marcion dan Valentinus adalah guru-guru Gnostic yang agung yang hidup sebelum terbentuknya Gereja Katholik. Mereka merupakan orang-orang terpelajar yang mempelajari ajaran-ajaran agama dari Timur dan Barat. Pengetahuan mereka mengenai paham-paham Buddha diteruskan kepada pengikut-pengikut mereka dan kepada agama Kristen yang datang setelah mereka. Gnostic percaya akan Karma dan Kelahiran Kembali, yang menjelma sebagai doktrin Kristen dalam pekerjaan suci mereka Pistis Sophia yang artinya Love and Wisdom – Karuna dan Panna (kasih dan kebijaksanaan), dua sifat dasar yang ditekankan di dalam agama Buddha.

Bahwa penulis-penulis Injil mengambil paham-paham agama yang mereka peroleh dari perpustakaan Alexanderia dapatlah dimengerti bila kita melihat adanya persamaan-persamaan antara kehidupan Buddha dan Yesus. Bahan-bahan lebih lanjut yang diambil dari kitab-kitab suci agama Buddha akan menguatkan pendapat ini.

Marilah kita memeriksa cerita-cerita tentang kehidupan Buddha dan Yesus. Nyanyian-nyanyian dan puji-pujian oleh para Malaikat pada waktu kelahiran Yesus mengingatkan kepada nyanyian-nyanyian oleh para Dewa pada waktu kelahiran pangeran Siddharta. Sebagaimana ditunjukkan oleh Vasilijev, kelahiran Bodhisattva (calon Buddha) telah dinubuatkan oleh para ahli ramal karena munculnya Bintang Bunga di atas Horizon. Peristiwa ini sesuai dengan Bintang Bethlehem. Lalita Vistara menyebutkan bahwa para dewa menyembah di hadapan bayi Bodhisattva. Injil menyebutkan bahwa orang-orang Majus menyembah di hadapan bayi Yesus.

Baik ibu Buddha maupun ibu Yesus melahirkan putera mereka dalam perjalanan. Sebatang cabang Sal terikat di atas kepala bayi Bodhisattva. Setangkai daun Palm terlihat diatas kepala bayi Yesus dalam lukisan Voltaire di perpustakaan Born. Sebagaimana disebutkan dalam Asvaghosa Buddhacarita, Bodhisattva yang belum dilahirkan terlihat transparant dalam rahim ibunya. Seni abad pertengahan melukiskan Maria dalam model ini.

Menurut ceritera tradisional Tiongkok, raja Bimbisara diperingatkan terlebih dahulu akan kelahiran Bodhisattva dan dinasehati untuk menggunakan tentaranya membunuh sang pangeran. Disebutkan bahwa raja menolak nasehat tersebut. Herodes disebutkan telah memerintahkan untuk membunuh semua anak di bawah usia 3 tahun dengan maksud untuk membunuh Yesus. Sama sekali tidak ada bukti sejarah mengenai pembunuhan bayi-bayi tersebut baik dari catatan-catatan Yahudi maupun Romawi dan seluruh ide ini merupakan mitos yang diambil dari legenda Mahayana.

Empat dewa pengasuh menyambut bayi Bodhisattva yang baru lahir. Empat raja dari Timur mengunjungi bayi Yesus di Bethlehem. Pangeran muda Siddharta adalah seorang murid yang brilliant dan ahli debat yang cakap. Sesuai dengan ini Yesus pada umur dua belas tahun digambarkan sebagai ahli debat yang cakap, yang berdebat dengan alim-ulama atau rabi-rabi Yahudi terpelajar di dalam Bait Allah mereka di Yerusalem. Hal ini tidak mungkin, karena bukanlah kebiasan rabi-rabi yang terpelajar ini untuk menghibur ataupun berdebat dengan anak-anak di dalam Bait Allah mereka di Yerusalem.

Cobaan terhadap Yesus oleh setan diambil dari cobaan Mara terhadap Bodhisattva. Menurut cerita tradisional Mahayana Bodhisattva berpuasa 49 hari setelah Ia mencapai penerangan. Serupa dengan ini Yesus berpuasa 40 hari. Setelah mengalahkan Mara Buddha memproklamasikan ajaran-ajarannya ke dunia. Dhammanya disebut ‘Subbhashita’ yang artinya berita baik, kata ‘Injil’ juga berati ‘berita baik’. Cerita tradisional Mahayana menyebutkan bahwa Bodhisattva dibawa ke puncak gunung diperlihatkan sebuah kota yang amat indah di bawahnya dan dijanjikan jabatan raja jika Ia menurut kepada Mara. Sesuai dengan ini kita temukan dalam Injil cerita tentang cobaan terhadap Yesus.

Banyak tokoh pertapa, brahmana maupun para dewa memberikan kesaksian atas penerangan sempurna Sang Buddha. Yesus mempunyai seorang Yohanes Pembabtis, seorang nabi kharismatik yang memberi kesaksian bahwa “Terang” itu telah datang. Ketika Bodhisattva meningalkan cara hidupnya yang keras dan makan, pertapa-pertapa temannya menyebutnya sebagai orang yang rakus. Orang-orang yang melihat Yesus makan dan minum sesuka hati menyebutnya sebagai orang yang lahap dan peminum. Buddha mencuci kaki seorang rahib sakit yang mengibakan hati, serupa dengan ini Yesus membasuh kaki murid-muridnya.

Dharmapada Tiongkok menyebutkan bahwa Buddha berjalan di atas air. Juga disebutkan bahwa salah seorang muridnya yang bernama Punna berjalan di atas gelombang-gelombang dan meredakan angin ribut di laut untuk menolong para pelaut yang berada dalam keadaan bahaya. Petrus disebutkan dalam injil mencoba perbuatan ini, tetapi Ia mulai tenggelam dan ditolong oleh Yesus. Disebutkan pula Yesus menghardik angin ribut dan gelombang di sebuah danau.

Buddha disebutkan seolah-olah telah turun dari surga di Sankassa. Injil-injil menyebutkan seolah-olah Yesus tampak dalam serombongan Malaikat surga untuk memuliakannya. Ketika gajah Nalagiri yang ganas menyerang Buddha, semua murid-muridnya lari kecuali Ananda. Semua murid-murid Yesus lari ketika Ia ditangkap di Getsemani. Diantara murid-murid Buddha, Devadatta yang tidak setia. Yesus mempunyai Yudas Iskariot yang menghianatinya.

TIDAK ADA SESUATU YANG BARU YANG DISEBUTKAN

Menurut Injil-injil terjadi kegelapan antara pukul dua belas hingga pukul tiga setelah Yesus disalibkan. Tidak ada penulis Romawi, sejarahwan ataupun penulis Yahudi yang pernah menyebutkan peristiwa tersebut. Yesus hidup dalam sejarah dan zaman di mana penulis-penulis Romawi telah mencatat dengan sangat teliti sekali semua fenomena-fenomena alam yang mereka observasi seperti gempa bumi, meteor, gerhana, komet, bintang-bintang dan sebagainya. Tidak ada sesuatupun yang disebutkan mengenai peristiwa yang tidak seperti biasanya ini. Gibbon dalam ‘Decline and Fall of The Roman Empire’ mengomentari anomali ini dengan sebuah sarkasme. Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwa cerita mengenai kegelapan ini diilhami oleh kejadian serupa dalam cerita tradisional Buddhis ketika Buddha mencapai Maha Parinibbana.

Pengaruh agama Buddha terlihat lebih lanjut dalam ajaran Kristen. Ajaran-ajaran Buddha dalam bentuk tersamar ditemukan dalam Injil-injil sebagai doktrin Kristen. Tidak ada sesuatu yang baru dalam ajaran-ajaran Yesus yang tidak ada dalam agama-agama sebelumnya.

“Aku memberikan perintah baru kepada kamu yaitu supaya kamu saling mengasihi”. Adalah pernyatan kembali dari kata-kata Buddha “Akkodena jinekodam, asadum sadune jine”. Dalam Mahayana Sutra disebutkan “Perlakukanlah orang lain sebagaimana kamu ingin mereka memperlakukan kamu”. Ini diajarkan sebagai ajaran emas Yesus dalam agama Kristen. Kata-kata Buddha. ‘Yadisam vapate bijam tadisam harate phalam’ menjelma menjadi ‘hukum tabur-tuai’ dalam ajaran Kristen.

Perumpamaan-perumpamaan Buddhaghosha juga telah mempengaruhi penulis-penulis Injil. Buddhaghosha menyebutkan bahwa dengan melihat seorang wanita dengan nafsu, kehidupan seorang Brahmacari telah ternoda. Yesus mengatakan bahwa setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berjinah dengan dia di dalam hatinya. “Orang buta menuntun orang buta” di dalam Injil diambil dari Lalita Vistara.

“Berilah kepada orang yang meminta kepadamu” adalah pengulangan kembali dari kata-kata Buddha “Dajja appasminhi yachito”. “Air sejuk secangkir” ditemukan dalam terjemahan ke dalam bahasa Tionghoa dari Mahayana Sutra ‘Ta Tan Yan Kiu Lu’.

Murid-murid Yesus yang dikatakan sebagai orang yang tidak percaya kepada Karma dan kelahiran kembali ditunjukkan dalam cerita tentang orang yang buta sejak lahir dan bertanya apakah keadaannya disebabkan oleh dosa-dosa sendiri atau dosa-dosa orang tuanya. Terdapat kejadian yang serupa dalam Saddharma Pundarika Sutra, dimana di dalamnya disebutkan bahwa orang yang dilahirkan buta sejak lahir karena sejumlah akusala kamma yang dibawanya. Yesus menunjukkan fakta bahwa apa yang masuk ke dalam mulut tidak dapat menajiskannya adalah pengulangan kembali dari kata-kata Buddha dalam Amagandha Sutra. Ajaran Kristen untuk memberikan pipi kanan kepada orang yang menampar pipi kiri diambil dari nasehat Buddha kepada Punna sebelum Ia berangkat ke Sunaparanta. "Janganlah memukul setelah dipukul", Buddha berkata pada kesempatan itu.

Lagi-lagi dalam perumpamaan Yesus kita melihat pengaruh paham-paham Buddha. “Kerajaan surga seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah, setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu”. Lambang suci agama Buddha Mahayana adalah permata dari mutiara. Sastra agama Buddha Tiongkok menyebutkan bahwa seorang yang telah menemukan mutiara yang sangat berharga (kebijaksanaan) melemparkannya kembali ke dalam laut, setelah Ia bertekad mengeringkan laut untuk mendapatkannya kembali.

Buddha dalam menunjukkan kebajikan membandingkannya dengan benih-benih yang ditaburkan di atas tanah subur. Dalam sebuah stanza “Saddha bijam tapo vutti”, Buddha membandingkan dirinya sendiri sebagai penabur dan pembajak. Demikian pula terdapat perumpamaan yang terkenal tentang seorang penabur dalam ajaran Kristen. Persembahan seorang janda miskin diambil dari hal yang serupa di dalam Kalpana Manditika. Rumah yang didirikan diatas pasir diambil dari Lalita Vistara. Cerita tentang Yesus meminta air kepada seorang wanita diambil dari cerita serupa tentang Ananda.

Banyak lagi yang dapat dibicarakan dalam hal ini. Fakta-fakta yang disebutkan di atas akan memberikan pengetahuan bagaimana jauhnya pengaruh agama Buddha dalam membentuk Injil-injil agama Kristen. Dapat disebutkan bahwa perpustakaan Alexandria telah dimusnahkan oleh sekelompok orang-orang Kristen yang fanatik di bawah pimpinan seorang Uskup pada tahun 391 setelah Masehi. Sejak itu sumber-sumber dari mana penulis-penulis Kristen memperoleh pengetahuan mereka mengenai agama-agama lain telah musnah dari dunia ini. Akhirnya saya dapat menceritakan bahwa Bodhisattva telah dinyatakan suci oleh gereja Katholik sebagai Santo Josaphat. Max Muller mengomentari hal ini dan mengatakan bahwa guru Kapilavastu itu telah dihormati oleh Gereja Katholik dengan menjadikannya seorang Santo.

Seseorang yang membaca cerita Santo Josaphat akan segera menemukan bagaimana cerita Bodhisattva’s Great Renunciation tersebar ke barat dan menimbulkan kegaguman dari orang beragama di barat.

“Agama Kristen seperti sebuah sungai yang mengaliri daerah yang amat luas. Di banyak titik dengan nyata ia memperlihatkan infiltrasi dari paham-paham timur”, Bardesanes, guru Gnostik yang terakhir mengakui pengaruh ajaran-ajaran agama Buddha.



Repost from :http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1438&multi=T&hal=0

Perbedaan

maaf apa bila ada kalimat2 yang mungkin susah dimengerti, karena menggunakan terjemahan google.

Temple monks - Dana 1960
dana makanan untuk Sangha tahun 1960


Dana 2008
dana makanan untuk Sangha tahun 2008
Menemukan semua perbedaan? Mungkin sekarang Anda tahu mengapa tidak ada terjemahan bahasa Inggris dari Theragatha Phusso? v. 949-980. Hmmm ....

Versi online dari Theragatha tampaknya mengabaikan gatha ini menarik. Sepertinya setiap penerjemah bekerja monastik jalan di ayat-ayat Tetapi mereka tidak penting, terutama hari ini, cukup sebaliknya:
Theragatha - Phusso Thero ( Pali )

949
Setelah melihat banyak rahib,
Dari perawakan mulia, dikembangkan dan dikendalikan,
Yang bijaksana dari klan Pandaraso,
Ditanyakan Phusso, teman tercinta:

950
Bagaimana menurut Anda akan menjadi biarawan
Di masa mendatang bersikap?
Apa yang akan mereka merenungkan, apa keinginan?
Berdoa katakan padaku, saya menanyakan hal ini dari Anda!

951
Nah mendengar kata-kata saya, Pandaraso,
Anda bijak dan tua teman baik:
Mark jelas kata-kata saya, ingat
saya akan menjelaskan kali masa depan:

952
Penuh kebencian dan permusuhan penuh
Menyembunyikan dan pingsan,
Cemburu masing-masing, setiap pengajaran sendiri
Jadi yang akan mereka di masa mendatang.

953
Percaya bahwa mereka menyadari
Kebenaran begitu mendalam. Biarawan ini hanya bawa cahaya -
Mereka berjalan hanya pada pantai duniawi - kerumunan respectless,
Dan saling menyalahkan ini dan itu.

954
Banyak kerugian maka akan muncul
Di masa yang akan datang.
Ajaran oh begitu baik menjelaskan,
biarawan ini bodoh akan merusak.

955
Dalam kekosongan Sangha kebajikan
Mereka begitu berani menunjukkan diri sebagai standar;
Mereka akan menjadi jauh bahkan lebih kuat,
keras dengan mulut mereka, tidak terlatih sama sekali.



956
Mereka dalam Sangha, penuh kebajikan
akan muncul kurang, bertingkah benar,
Mereka akan menjadi jauh lebih lemah,
Tidak mencari keuntungan mereka, rendah hati dan pemalu.

957
Emas, perak, - uang - mereka menerima
Seperti halnya rumah dan ternak, tanah!
Dan hamba, pembantu - biarawan ini tidak bijaksana:
Ini akan membawa masa depan, teman saya.



958
Orang bodoh ini akan berjalan tanpa hambatan,
Dan yang tidak dibatasi dalam 'jalan kebajikan,
dan angkuh akan berjalan mereka seperti menjadi
Mereka menemukan kebahagiaan mereka dalam argumen dipanaskan.

959
Sombong mereka berjalan dan berpakaian dalam gelap
Orang-orang ini ingin terlihat seperti orang-orang kudus?
bohong, keras kepala adalah hati mereka
Dan babblers sombong bahwa mereka!

960
Mereka akan berlaku gel untuk rambut mereka
Gunakan make-up untuk terlihat mewah mereka.
tersebut akan mereka berjalan di jalan-jalan kota,
Kotanya dengan emas dan gading.



961
Jubah cokelat dari dimurnikan,
Gaun semua Arahat,
Mereka benci yang mengenakan jubah dan bukannya:
A putih) berpakaian bersih (- menemukan di sini senang.

962
Mereka lama untuk kekayaan, lama untuk kesenangan,
Apakah malas tanpa energi,
Mereka melarikan diri dari pertapaan, kayu,
dan semakin dekat dengan tembok kota.



963
"Dan orang-orang yang memperoleh paling,
sembrono Nikmati hidup yang salah mereka,
mereka akan dihormati, akan menjadi pemimpin,
Dan orang-orang berlindung di biarawan tak terbatas.

964
"Mereka tanpa keuntungan
tidak akan dihormati,
Dan bahkan jika mereka paling terlatih,
dan bijaksana: tidak ada yang bergabung dengan persekutuan mereka.

965
Berbagai patch
yang kita warna dan menjahit menjadi jubah:
Mereka membenci orang-orang jubah jelek dan melihat bukan
Untuk memakai bersih (putih) jubah seperti peziarah lain.

966
"Tanpa menghormati jubah cokelat pucat,
Melawan pikiran sangat mereka pergi ini:
Alasan untuk begger's jubah
ini "bhikkhu" tidak akan mentolerir.

967
Hit oleh panjang - tombak waktu lalu,
Di sakit pahit, gajah,
sekali jatuh ke dalam perangkap
terpikirkan, pernah terdengar sebelumnya:

968
"Ada gajah melihat seorang laki-laki
Seorang pemburu yang terbungkus kain arhants,
Dan dalam rasa sakitnya, dalam gugatannya,
Dia berbicara kata ini, dia yang terakhir:

969
'«Satu yang memakai jubah stainless

siapa yang belum tidak bebas dari noda,

tanpa pengendalian dan kebenaran
Apakah tidak pantas jubah stainless.

970
"« Tapi satu yang diri dibersihkan dari noda,
dalam perilaku moral tegas menetapkan,
menahan diri memiliki dan kebenaran
Dia tidak pantas menerima jubah stainless. »

971
"Siapa, kosong dari kebajikan, bodoh,
Apakah hamba-Nya kesenangan sensual,
pikiran siapa yang tersebar, jelas membosankan:
Apakah tidak pantas jubah stainless.

972
"Namun yang diberkahi dengan kebajikan,
kosong dari nafsu, yang pikirannya terhenti baik,
Dengan dimurnikan dan dibersihkan pikiran:
Ya, ia berhak jubah stainless.

973
'Orang tolol memang sombong angkuh,
Dalam kebajikan yang tidak dapat ditemukan -
Ya, kain baju putih kepala keluarga baik-baik saja:
Apa yang harus merawat jubah kecoklatan?

974
"Para biarawan dan biarawati di masa depan
Dengan pikiran marah, tanpa menghormati
Nikmati untuk meletakkan orang,
Siapa yang menguasai keheningan, kebaikan.

975
"Dan bahkan jika para biarawan tua
Ajarkan cara memakai jubah,
mereka tidak mendengarkan, bodoh sabar,
Apakah diketahui mengikuti sukacita sensual.

976
"Dan dengan demikian orang-orang bodoh yang tidak terlatih
hanya akan menikmati saling menyalahkan,
tidak mendengarkan guru, orang tua,
Seperti buruk yang berkembang biak kuda terlatih.

977
"Ini adalah masa depan wajah teman saya,
ini benar-benar akan kemajuan mereka "" menjadi:
mana biarawan dan biarawati di kemudian waktu,
Will harus menghadapi, itulah yang mereka dapatkan.

978
"Namun befor seperti waktu,
ini bahaya besar datang kepada kita,
Jadilah ringan dalam pikiran, dan dengarkan baik-baik,
Menghormati satu sama lain penuh dengan sukacita.

979
"Mengembangkan kebaikan dan belas kasihan,
menahan diri dalam kebajikan cukup;
Dan berusaha mencari, dedikasi
Berikan pernah sampai, tujuannya adalah dekat!

980
'Lihat kecerobohan sebagai jurang
Dan kehati-hatian sebagai kepastian:
Jadi pada jalur delapan kali lipat itu dikenal:
Anda akan segera menyentuh deathlessness itu. "





PS: ini terjemahan masih jauh dari sempurna, tapi setidaknya memberikan intisari dari Phussa's refleksi Thera. Hal ini sangat berguna bagi para biarawan / biarawati dalam Sangha untuk membantu menjaga Sangha lagu. Berikut beberapa contoh yang sangat positif dari hari ini: di sini dan di sini dan banyak lagi!



repost from :http://theravadin.wordpress.com/2008/09/03/find-the-differences/

Senin, 24 Mei 2010

Bhikkhuni Ordonation


ajahn21
Mengenai arus kegembiraan pentahbisan bhikkhuni di Ajahn Chah's Sangha dan ekskomunikasi "hasil" (LOL) dari Bhikkhu Brahmavamsa, ayat Dhammapada berikut terlintas dalam pikirannya:

Artikel ini merupakan terjemahan google, maaf apa bila ada sedikit kalimat yang kurang jelas

Kesalahan lain yang mudah untuk melihat
namun sulitnya melihat sendiri satu,
dan sehingga satu winnows seperti sekam
kesalahan orang lain, sementara
mereka bersembunyi dari seseorang sendiri
sebagai licik menipu yang kehilangan melempar. dHp. 252 Ketika itu sejumlah besar biarawan kontemporer menunjukkan seperti biasa bahkan untuk mengabaikan perintah-perintah paling dasar (berpikir 10 Sila etc ...), tampaknya hampir seperti sebuah lelucon bahwa mereka akan begitu keras menentang pentahbisan bhikkhuni menunjuk ke arah Vinaya dan tradisi.

Secara pribadi, saya belum harus memenuhi biksu berlatih khusus yang benar-benar melawan mengembalikan pentahbisan bhikkhuni. Pernah bertemu orang yang akan membantah keputusan Sang Buddha mengizinkan wanita untuk memasuki tata dan menemukan rumah rohani.

BTW, sebagai Bhikkhu Bodhi dibuat kasus ini , secara hukum harus ada masalah sama sekali - dan praktis berbicara: The Ayya Khema tradisi di Jerman dan beberapa wanita lain pusat meditasi di Sri Lanka melakukan pentahbisan bhikkhuni selama lebih dari 10, 20 tahun sekarang.

Namun, sekarang bahwa Sangha bhikkhuni sudah dilarutkan dalam Sri Lanka,
tidak ada lagi pembenaran untuk menggunakan pentahbisan oleh semata-mata terdiri Sangha bhikkhu. Jika ada wanita yang ingin menerima pentahbisan bhikkhuni dalam tradisi Theravada, dia harus menerima pelatihan sebagai sikkhamānā dan pentahbisan bhikkhuni akhirnya di Sri Lanka sendiri. Tidak diragukan lagi, dalam waktu kesempatan untuk pentahbisan bhikkhuni juga akan menyebar ke Barat. [ link]

keinginan terbesar saya adalah bahwa kita tidak hanya melihat perempuan dalam jubah atau judul bhikkhuni di atas kertas konferensi tetapi biarawati Arahat,

sangat banyak seperti ini:

Empat kali, lima, aku berlari mengamuk dari tempat tinggal saya,
karena tidak mendapat ketenangan kesadaran,
pikiran saya tak terkendali.
Jadi saya pergi ke seorang biarawati yang dapat dipercaya.
Dia mengajari saya Dhamma:
agregat, bola akal, & elemen.
Mendengar Dhamma ,
aku melakukan apa yang dia kata.
Selama tujuh hari saya duduk di satu tempat,
tenggelam dalam pengangkatan & kebahagiaan.
Pada kedelapan, aku berbaring kaki saya,
memiliki burst massa
kegelapan. Uttama Therī

http://theravadin.wordpress.com/2009/11/14/bhikkhuni-ordination/

Sabtu, 22 Mei 2010

Vipassana Pengetahuan dan jalan ke Nibbana

Posting ini akan menjadi sedikit samar ... setidaknya bagi kebanyakan orang. Bagan yang Anda lihat di bawah ini adalah kompilasi dari banyak pengamatan dari kemajuan meditasi Vipassana dalam perjalanan mereka dari Samsara ke pengalaman pribadi dari berbagai tahap pengetahuan wawasan.

Bagian yang menarik adalah, bahwa dalam tabel ini saya mencoba untuk memvisualisasikan dua komponen kemajuan bahwa:
1. BLUE LINE: waktu dengan masa lalu sejak satu mulai berlatih Vipassana (di lingkungan mundur, tidak ada istirahat dipertanggungjawabkan) berkenaan dengan perkembangan seseorang - ini grafik logaritmik biru. awal kemajuan cepat, tetapi akan memperlambat akhirnya. Pada waktu meditator mencapai Sankharupekkha sepertinya dia mencapai puncak "". ketenangan yang kuat, sangat cepat & jelas mencatat dan lembah "kesedihan" terletak di belakangnya. Banyak waktu bisa berlalu dan banyak meditator terjebak di sini untuk waktu yang cukup.

Hal ini juga menarik untuk melihat, bahwa entah bagaimana kecepatan mencatat obyek tampaknya masuk akal untuk mengikuti jalan logaritmik. Mungkin mereka pergi bergandengan tangan, sebagai banyak waktu yang dihabiskan di jelas & cepat mencatat telah membangun momentum untuk "menembus" cermin / fatamorgana kesadaran.

Terutama tiga pertama pengetahuan tampaknya menjadi batu loncatan dalam membangun kecepatan dalam mencatat ... awalnya hanya bagian tengah (arti obyek itu sendiri) yang dicatat, maka awal (yang lebih mudah untuk tanha / keserakahan, untuk melihat timbul dari tinggal di satu dunia) dan akhirnya juga adalah terpecahnya objek akal. Kecepatan / kejelasan mencatat tampaknya erat sesuai dengan tiga pengetahuan pertama wawasan dan pemahaman mereka membawa bersama mereka ... ini memuncak dalam terobosan besar pertama, visi yang jelas kenaikan & jatuh dari semua objek akal, sangat sering terjadi seiring dengan pengalaman pribadi yang kuat.

Setelah 4., Udayabbaya, datang lembah "dari" kesedihan, diawali dengan wawasan pengetahuan dari 5. bhanga yang berarti "melanggar". Kecepatan mencatat dan kejelasan dalam melihat naik dan turun membuat pergeseran pikiran lebih dan lebih ke arah pengalaman / pengamatan penghancuran semua obyek indra (penglihatan, suara, perasaan ... pikiran bahkan (! - Enam rasa di ajaran-ajaran Buddha, tetapi jika Anda tidak tahu bahwa teks ini tidak akan masuk akal bagi Anda tetap, i guess ). Melihat ini yang tidak pernah dilihat sebelumnya kehancuran seluruh dunia satu, saat sejenak, selama jam dan hari, akan memicu banyak tidak pengalaman yang sangat menyenangkan. meditator Banyak akan turun di sini dan menghentikan mereka meditasi Vipassana. Mereka yang terus kadang-kadang bahkan tidak bisa menjelaskan apa yang hampir membuat mereka berhenti. Banyak hal yang terjadi di "sadar" / lebih: "kekuatan karma bekerja".

meditator ini mulai "muntah" Samsara.

Jika dia terus berhasil melalui lembah "kesedihan" ia didorong oleh 9. Muncitu-Kamyata, keinginan "untuk keluar" dan merasa sentakan ke atas dalam motivasi, kekuatan, stamina untuk melanjutkan meditasinya. Memperhatikan akan lebih tajam, pikiran yang lebih jelas. Tentu, setelah menerima fakta yang jelas dari dunianya menabrak milidetik milidetik setelah ia mencatat secara bertahap bekerja pada benda yang keras dan sulit untuk mengenali. hal yang begitu halus dan "diri"-jelas bahwa hanya kecepatan dan praktek mencatat kulit dari semua lapisan dari "saya" tambang dan "" ... menit setelah menit, jam demi jam, hari demi hari. tekanan yang konsisten adalah motto, sebagai upaya ini harus berlangsung selama beberapa waktu untuk mencapai massa kritis ...

11. Sankharupekkha - lihat di atas ... ini adalah di mana banyak orang terjebak. Kadang-kadang selama bertahun-tahun! Penting adalah cara Anda catatan. Tidak banyak kekacauan dalam hal banyak label ... Cukup razorsharp diperhatikan untuk tidak-mengidentifikasi dengan sesuatu apapun & menjaga tekanan dalam melihat kecelakaan seluruh dunia & muncul kembali. Juga bagus untuk melihat bagaimana siklus pikiran melalui 9-11 berulang-ulang.

Sekarang Visuddhimagga memberikan satu set simile bagus, salah satu Oxen yang melarikan diri (Zen "dipinjam" yang satu ini saya benar-benar bertanya-tanya apakah mereka tahu dari mana ia berasal ... Lihatlah mereka @ XXI, 92. Perkiraan saya, dengan banyak dari -relevan hal-hal praktis meditasi yang sangat, bahwa mereka simile merupakan gema dari hari awal Buddhisme, tempat para biarawan Arahat .. ditambah beberapa pengalaman pribadi mereka sendiri yang kemudian mendapat dimakamkan di tangan ulama.
Meskipun demikian mungkin, yang simile besar saya ingin menyebutkan di sini adalah salah satu: tanah mencari burung

XXI, 65
"Tetapi jika ini] pengetahuan [melihat nibbana, keadaan damai, karena damai, ia menolak terjadinya semua formasi dan hanya masuk ke dalam nibbana. Jika tidak melihat nibbana sebagai damai, terjadi lagi dan lagi dengan formasi sebagai objeknya, seperti pelaut burung gagak.
Ketika sebuah kapal pedagang, tampaknya, mereka mengambil dengan mereka apa yang disebut-menemukan gagak tanah. Ketika kapal akan tertiup angin saja dengan kencang dan berjalan terapung tanpa tanah terlihat, kemudian mereka melepaskan tanah-menemukan burung gagak. dibutuhkan off dari kepala-tiang, dan setelah menjelajahi semua tempat, jika melihat tanah, ia terbang lurus ke arah itu, jika tidak, itu kembali dan alights di kepala-tiang. "

dan terus

"... Sekarang setelah formasi cerdas (segala sesuatu yang terjadi) ... sebagai melalui pengayakan tepung di pinggir nampan, seolah-olah kapas carding dari benih yang telah memilih (tidak bahwa perbandingan besar untuk teknik mencatat, di mana Anda masuk, pergi bersama, tetapi hanya singkat, label objek, dan membiarkannya pergi, bergerak ke generasi berikutnya tanpa mengikuti, melampirkan, mengidentifikasi? Amazing) dan! Setelah meninggalkan teror dan gembira (kendala positif mungkin di Vipassana yang mungkin terjadi juga! - Biasanya melanggar melepaskan ...), dan setelah menjadi netral dalam investigasi dari formasi, ia masih tetap dalam perenungan triple (dukkha, anicca, anatta. bagaimana dengan mama n'etam, nesohamasmi, netam saya atta atau kembar tiga lainnya yang digunakan dalam Vipassana menunjukkan beberapa jenis modifikasi secara bertahap untuk menangkap lebih halus dan lebih halus objek) dan menjadi kondisi untuk klasifikasi orang mulia menjadi tujuh jenis (= pencerahan dalam keilmuan istilah) "

12. Anuloma ... jika anda membandingkannya dengan srewdriver dan sekrup, mencoba untuk menerobos dinding: 9-11 tampaknya seperti untuk mendorong dan menerapkan seluruh kekuatan seseorang dengan obeng dan 13. anuloma seperti memutar obeng untuk melewati dinding. Its a mini-pengulangan dari semua nyanas sebelum itu, melihat serangkaian udayabaya tanpa henti-nyanas, mini-nibbidas, mini-sankharupekkhas sampai titik sekrup mengintip melalui di sisi lain. Saya rasa orang lain dapat menemukan similies lebih baik ... tapi dengan cara ini terdengar seperti fraktal ... struktur dalam struktur. ... Menciptakan kontra sangat sangat kuat-tarik untuk melepaskan pikiran, dan tarik nama & bentuk dari kesadaran sehingga membuat dunia (mis. 6 indra, yaitu. bhava atau keberadaan) jatuh / berhenti untuk satu momen - dengan konsekuensi yang kekal.

Jauh lebih bisa dikatakan mengenai hal ini, tetapi satu gambar bernilai 1.000 kata, jadi saya meninggalkan Anda pada saat ini dengan grafik.

PS: Nama Tradisi nyanas vipassana 16 - 3 terakhir yang terdiri saat nibbana dan refleksi yang mengikuti segera. Saya pikir kita bisa mendiskusikan kali ini mungkin lain

Link: Ada tidak bahwa sumber daya yang tersedia pada topik ini. Anda mungkin mungkin tahu ini sudah dua studi yang sangat baik:

Ven. Matara Sri Ñāṇārāma Mahathera: "Tujuh tahap pemurnian" [ id ] [de] [ buku esp]. hlm 82 ff. - 122
Ven Matara. Sri Ñāṇārāma Mahathera: "The kontemplasi Tujuh" [ de ] [en ], seluruh buku
Ven. Aggapandita Mahasi Sayadaw: "Q & A pada Vipassana wawasan pengetahuan" [ id ] [de]
Ven. Aggapandita Mahasi Sayadaw: "Meditasi Insight Praktis" [ id]
Ven. Aggapandita Ledi Sayadaw: "The Insight Manual" [ id]
Dalam Pali: Abhidhammatthasangaha, p.44
Dalam Pali: Paramatthavinicchaya, 983 - 1020
Dalam Pali: Namarupapariccheda, 1641-3
Cari "v * ipassanāñāṇ "di CST4 atau online di tipitaka.org / pencarian

http://theravadin.wordpress.com/2008/03/20/vipassana-knowledge-and-the-path-to-nibbana/

Dari pembenci vipassana menjadi pecinta vipassana

Dan saya akan menunjukkan bagaimana

Oke, menarik perhatian Anda (apakah Anda melihat apa yang terjadi ketika kamu membaca judul ini)?

Sekarang, biarkan aku ulang kata sedikit: Posting ini adalah tentang bagaimana sebuah Vipassana-lawan berubah menjadi pendukung-Vipassana. Tertarik? Cerita ini adalah:

Jika Anda dibesarkan di Barat dan mulai mengenal Buddhisme dari latar belakang tradisi ilmiah dan pola pikir-guru-kritis (berpikir Kalama Sutta) premis Anda mengungkap Nibbana dalam hidup ini akan membaca seperti ini:

Pertama-tama, saya hanya tertarik pada apa yang diajarkan Buddha. Dimana saya bisa mencari tahu apa yang diajarkan? Apa yang paling otentik dan paling asli ajarannya representasi / wacana kembali ke waktu itu? Mari saya mulai praksis saya dan pengertian dari sana, bukan melalui literatur sekunder ketiga kelas atau bertentangan dengan interpretasi kontemporer.Jelas, fokus Anda kemudian akan jatuh pada teks-teks dari Sutta Piṭaka (Theravadin) Pali Canon, hidup yang paling kuno (tekstual) tradisi encapsulating kata-kata Sang Buddha.



Sekarang, jika Anda mulai membaca teks-teks dalam terjemahan modern, Anda akan sampai pada kesimpulan, bahwa meditasi Buddhis adalah semua tentang (berdasarkan moralitas, tentu saja) jhanas mendapatkan, atau menyatakan konsentrasi dalam pikiran. Anda percaya bahwa hikmat akan datang dengan sendirinya. Dan ayat favorit Anda Dhammapada akan jumlah ide yang seperti ini:

"Natthi jhanam apannassa / panna natthi ajhayato

yamhi jhananca panna ca / sa ve nibbanasantike. "

"Tidak ada meditasi untuk dia yang tanpa kebijaksanaan;

tidak ada kebijaksanaan untuk dia yang tanpa meditasi.

Dekat ke Nibbana dia, di antaranya meditasi dan kebijaksanaan bertemu. "( dHp 372 ) dan ( di sini )
Namun langkah berikutnya Anda melibatkan orang lain menemukan berlatih di jalan. Lalu, melihat-lihat, Anda mendengar orang berbicara dan menulis mengenai vipassana. Vipassana? Itu bahkan tidak disebutkan sekali (*) di sutta, apa itu? Anda membaca tentang vipassana dan mengetahui bahwa itu berasal (setidaknya dalam praktek modern kembali) di Burma di negara Abhidhamma, disebarkan oleh para rahib yang belajar dan menyukai abhidhammic skolastik akhir dan komentar ... Bagian-bagian dari kanon Buddhis, yang Anda tahu dari sejarah dan teks studi kritis untuk menjadi ajaran paling dapat diandalkan. Setidaknya itulah yang Anda menyimpulkan.



Sebagai tradisi-blak-blakan dan kritis Buddha Anda masuk ke dalam argumen dengan orang lain yang begitu bersemangat tentang retret vipassana terbaru mereka. Memang benar, upaya Anda sendiri di masuk ke negara jhanic (atau dalam konsentrasi negara) adalah rumit dan lambat. Anda tidak dapat mengerti mengapa vipassana lain "pecandu" akan dapat kemajuan di jalan Dhamma, jika mereka bahkan belum dilakukan beberapa pelatihan dalam meditasi konsentrasi - apalagi prakteknya hanya "vipassana kering". "Astaga", Anda berpikir. Anda mencoba untuk memberitahu mereka bahwa praktek mereka salah. Atau tidak akan menanggung buah-buahan, karena, apa yang mereka lakukan adalah tidak menjelaskan atau melegitimasi dalam teks Buddhis yang paling kuno, atau itu ?

Jika Anda kebetulan berada di Thailand atau tradisi Thailand terkait, berpura-pura Anda terhadap vipassana bisa lebih buruk. Untuk alasan apapun (iri hati terhadap tetangga kecil mereka Utara tertinggal?) Thai master meditasi dikenal karena perjuangan mereka dengan harimau liar di hutan daerah penuh sebagai bagian dari zen-seperti perjuangan petualangan mereka menuju nibbana. Tapi mereka tidak dikenal dalam metodologi meditasi sistematis. Terutama di pelatihan vipassana.

Jika Anda kebetulan berada di Sri Lanka, argumen yang ditemukan untuk kedua pendekatan meditasi. Kemungkinan Anda menemukan orang-orang pada kedua sisi argumen, namun, dalam beberapa dekade terakhir, mayoritas pasti berbalik mendukung terhadap (Burma-gaya) vipassana. Di dunia Barat, walaupun kelompok-kelompok orang yang mendukung meditasi jhana (biasanya antara beberapa orang yang DO mempelajari kanon Pali) aturan vipassana hari. Namun, seseorang lebih dekat mengaku telah mempelajari sutta Pali yang paling otentik mereka akan menunjukkan keengganan untuk kecuali meditasi vipassana. Alasan: Sepertinya tidak disebutkan dalam teks, atau itu??

Di sini Anda mungkin menemukan diri sendiri dalam situasi aneh. Apakah teks-teks awal yang salah dan banyak orang vouching untuk benar vipassana? Atau apakah mereka kehilangan bagian penting dan sutta benar dalam jhana yang diperlukan terlebih dahulu sebelum mencoba meditasi vipassana atau wawasan?

Mari saya menunjukkan cara untuk memecahkan masalah ini (tampaknya) sulit. Untuk itu, mari kita bayangkan sebuah kisah pribadi:

Dari apa pun karma alasan, menjadi skeptis vipassana keras (mungkin tidak untuk pertama kalinya), mencoba untuk berhati-hati menavigasi antara tampilan masa lalu dan kini tentang Dhamma, dan untuk menemukan jalan otentik dan arsip Nibbana dalam kehidupan ini, Anda bersentuhan dengan grup, meditasi yang sangat aktif yang sangat terlatih. Mereka mengajar jhanas dan vipassana. Namun, mereka tidak akan mengajar Anda jhanas. Belum.

Mengapa? Apa argumen mereka?

Anda tidak perlu jhana konsentrasi penuh untuk mulai melakukan vipassana. (Anda menyimpan keraguan Anda untuk diri sendiri). Anda tidak tahu waktu Anda kematian! (Tentu, diberikan). Apakah Anda bersedia mengambil risiko kematian dan dengan demikian kehilangan kesempatan ini samsaric khusus untuk memperoleh wawasan sifat pikiran Anda hanya karena beberapa keinginan untuk menyatakan konsentrasi dalam? Anda berpikir: saya bisa menunjukkan lusinan bagian yang akan menyoroti pentingnya wawasan konsentrasi yang kuat sebelum dapat lahir. Tapi katakanlah Anda setuju untuk menantang dan tetap skeptisisme Anda untuk diri sendiri. Mereka mengundang Anda untuk mundur 20 hari. Mari praktek dan hasilnya menjadi pemandu Anda, kata mereka. Bukan teori. Tidak teks. Tidak tradisi. Jadi, dalam semangat sejati dari Kalama Sutta Anda mulai bekerja.

Jadi cukup menarik segera setelah Anda setuju, (ini menjadi tempat yang tepat) .... Anda diajarkan dasar-dasar dalam meditasi konsentrasi ... (seperti yang saya katakan, kita membayangkan tempat yang baik sangat sistematis) ... Setiap sesi meditasi mencakup refleksi pada silah Anda (kebajikan), meliputi latihan kecil dalam konsentrasi dan akhirnya menerapkan metodologi vipassana menyeluruh - tanpa sebuah penguasaan penuh sesak nafas dari jhanas, tentu saja ... hanya cukup untuk mempertahankan konsentrasi untuk tugas di tangan - yang merupakan mencatat dari muncul dan hilangnya rasa dasar enam ... atau lima kelompok menggenggam ... ". mengintip di bawah tenda" dari samsara. Pertama perlahan, canggung. Lalu cepat dan tajam. Untuk melihat impermance, dukkha dan kekosongan diri.

Sekarang, dengan berjalannya waktu, Anda heran. Anda menemukan diri Anda berjalan melalui vipassanāñāṇa commentarial dalam pengalaman langsung pribadi dalam kehidupan nyata, namun bahkan mereka wawasan vipassana belum dibahas di sutta, atau mereka?

Namun, Anda tahu bagaimana tegas Sang Buddha tentang melihat naik dan turun dan kebijaksanaan yang lahir daripadanya.

Dan ya, semakin jauh Anda berlatih vipassana dengan cara sistematis, semakin Anda memahami bagaimana kerja indera keenam Anda, bagaimana konsep dan pikiran kosong. Apa yang Anda tidak percaya dalam mimpi terliar Anda benar menjadi kenyataan. Sebuah metode yang tampaknya memiliki tempat menciptakan berasal dari pengetahuan yang mengingatkan Anda tentang hasil sutta yang berbicara tentang. Namun, Anda mengambil jalan tampaknya tidak disebutkan dalam sutta. Mungkin?

Sebuah dilema besar: Bagaimana di seluruh dunia itu dapat, bahwa 90% sutta bicara tentang jhanas ketika mereka menyebutkan meditasi dan Anda tidak mendengar mereka berbicara tentang vipassana, sedangkan tafsiran dan teknik-teknik vipassana kerja (begitu populer saat ini) adalah tidak disebutkan sekali?

Pada saat itu, yakin dengan pengalaman dan latihan meditasi vipassana Anda melihat kembali ke sutta. Anda yakin bahwa Anda perlu untuk melihat lebih dekat. Ada yang salah di sini - dan tidak latihan-hasil produksi.

Jadi Anda kembali ke teks Pali dan terjemahan dan mencoba mencari jawaban. Sangat segera Anda mengerti, bahwa berbagai terjemahan modern adalah penyebab dalam "vipassana bersembunyi". Kami juga bisa mengatakan komentar-komentar, karena mereka gagal untuk lebih berhubungan pengetahuan pragmatis dan konsep kali mereka ke sutta (tapi, well, menunjukkan contoh Burma, ada yang bisa menemukannya membaca dan mempelajari teks cukup dekat).

Yah, atau kita hanya bisa mengakui kenyataan, bahwa praktek meditasi adalah tidak masalah untuk teks dan sulit untuk mengirim antara orang-orang yang nyata dalam kehidupan nyata - bahkan lebih keras di atas kertas. Jadi itu adalah dan akan selalu menjadi tantangan untuk menyampaikan pengalaman meditasi dan praktek pada halaman - atau daun kelapa.

Karena, dalam kebenaran, sutta adalah FULL referensi untuk vipassana, dalam kenyataannya referensi tesis mungkin kurcaci pun menyebutkan dari jhanas oleh 100:1. Tapi kata vipassana tidak apa yang harus dicari. Wawasan ini memproduksi bagian dari ajaran Buddha begitu sentral bagi misi-Nya bahwa ia berbicara tentang hal itu hampir setiap kali seseorang datang kepadanya dengan pertanyaan. Tapi hanya di kemudian hari, ia mulai menggunakan vipassana "istilah" yang pada abad kemudian menjadi eksklusif digunakan untuk apa Buddha diciptakan "sati" selama hidupnya.

Jadi istilah dia hampir tidak pernah menggunakan "vipassana" (beberapa sutta, kebanyakan komentar menggunakan istilah ini) dan bukan "catatan" (komentar menggunakan istilah ini, sallakkheti).

Sang Buddha menggunakan "sati - mengingat" bukan atau ia menggunakan "yoniso manasikaro - perhatian yang benar" atau ia menggunakan "iti pajanati - tahu demikian" atau dia menggunakan berbagai kata kerja yang terkait dengan "samanupassati - melihat" dll dll.

Mengingat / Memperhatikan / Menyaksikan sebagai fungsi dari pikiran untuk menahan rasa menyeret jejak dan secara aktif saksi dengan perhatian yang telanjang apa yang sedang terjadi dengan bantuan sejumlah (kecil sangat spesifik) label.

Dan Sang Buddha menggunakan "iti pajanati". Dia menggunakan pidato langsung. Dia memberitahu kita apa yang harus dilakukan - sebenarnya bagaimana catatan pengalaman kita - bagaimana menggunakan konsep yang sangat sederhana seperti "Ini bukan milikku. Ini saya saya tidak. Ini bukan saya sendiri "untuk de-konsep atau terus-menerus berkembang biak dunia pengalaman.

Tetapi banyak ilmiah (dan kontemporer) penerjemah (dalam banyak kasus) tidak bisa menyadari hal ini. Mereka menerjemahkan "Anda harus melihat bentuk sebagai kosong" ketika lebih harfiah mengatakan "Anda harus melihat bentuk jadi: 'kosong'". Perubahan kecil, diberikan, tapi tiba-tiba hilang link-muncul kembali. Dan vipassana adalah seluruh tempat. Bahkan, bukan hanya itu - sekarang referensi tentang bagaimana menggunakan pikiran berkelanjutan dalam membantu mendorong meditasi konsentrasi muncul dalam teks Pali dan bahkan meditasi jhana mencerahkan up.

Berikut ini adalah exapmle lain. Seperti kalimat Pali yang satu ini jelas sebagai

Atthi kayo'ti panassa sati paccupatthita Hoti yavadeva nanamattaya patissatimattaya

Lit: ". (Ada) merupakan badan" demikian juga mengingat-Nya / mencatat / perhatian yang dibentuk adalah, hanya demi mengetahui, demi kesadaran.

dari sutta satipatthana terkenal akan diterjemahkan oleh salah satu biarawan sarjana terkenal sebagai:

dia memiliki kesadaran yang jelas dari keberadaan tubuh hanya sampai batas yang akan berguna untuk menjadikannya sebuah objek gnosis (Nana) dan ingatan.

Oleh karena itu, terjemahan harfiah lebih - berhati-hati terhadap penerapan praktek meditasi - akan menunjukkan bahwa Buddha "yang Samma sati" sebenarnya adalah tafsiran favorit "vipassana". ( lebih lanjut tentang ini di sini )

Jadi, tampak kontradiksi antara jhana dan vipassana larut ke dalam hubungan erat antara keduanya. Sedangkan salah satu menggunakan pikiran untuk meningkatkan konsentrasi pada objek (berpikir: "buddho, buddho") yang menggunakan label lain khusus untuk membantu pengembangan wawasan yang mendalam dengan mengarahkan / membimbing perhatian yang telanjang: "Ini adalah perasaan". "Ini adalah bagaimana perasaan muncul". "Ini adalah bagaimana perasaan lenyap". Waktu sendirian pikiran berperilaku seperti monyet di hutan. Kedua, wawasan dan makmur meditasi konsentrasi pada penggunaan sati, yaitu "mengingat".

Kita bisa melakukan perubahan dan berkata, bukan "sati dan samadhi" jika kita tidak suka mengatakan "Samatha dan vipassana" ... ya, yang mungkin akan menjadi terminologi meditasi Buddhis pada saat Buddha. Tapi tidak ada yang salah menggunakan terminologi commentarial pilihan dan berkata "Samatha-vipassana". Bagaimanapun, ini semua hanya nama / konsep yang berkaitan dengan pendekatan pragmatis dalam meditasi Itulah sebabnya Sang Buddha disebut vipassana secara implisit ketika berbicara tentang jhanas dan konsentrasi secara implisit ketika berbicara tentang vipassana.. Ia mendapat masalah bila ini "pengertian", "pikiran" , "dilihat" mulai terganggu dengan praktek kami dan kami menghindari berjalan di jalur delapan kali lipat seluruh mulia.

Sedikit add-on:

Masalah lainnya adalah peran yang salah tentang jhanas dalam kebangkitan vipassana baru-baru ini. Jhanas keliru untuk menjadi penghalang atau jengkel dengan wawasan meditator. Sangat sering jhanic negara yang berasal dari "intens mencatat" praktek yang tidak diakui sebagai tersebut dan mengakibatkan kebingungan. Seseorang dengan pelatihan sebelumnya dalam konsentrasi memiliki pengalaman lebih mudah mengukur (dan terus untuk dicatat) oleh-produk dari konsentrasi yang mendalam. Oleh karena itu, Upacara "apa yang disebut" samadhi atau "akses" konsentrasi banyak kali hasil dari meditator terlatih terkonsentrasi dalam penguasaan jhanas. Hal ini akan membawa pengalaman jhanic yang kemudian muncul secara acak dan fuzzy dan menarik perhatian yang salah oleh pelaku meditasi vipassana yang tidak pernah mengalaminya sebelumnya. Apakah dapat dukungan karena fokus perhatian sekarang sempit berubah menjadi penghalang, sebuah jhana, rusak dan unsustained terbelakang.

Catatan terakhir: Sementara kritik kami terutama diarahkan terhadap Jhānapubbaṅgamāvāda (yaitu kelompok orang-orang yang mengatakan bahwa jhanas harus dikembangkan pertama kali, seperti ini ) termasuk petunjuk bahwa "sekali mengarahkan pikiran terhadap realisasi kebenaran mulia 4" adalah dimana "nyata" kerja dimulai kami sudah berusaha untuk menyeimbangkan kritik konstruktif kami dengan komentar tentang pentingnya satu-pointedness. Vipassanāparāmāsāvāda (yaitu kelompok orang yang vipassana terpisah dari moralitas dan konsentrasi dan tempatkan di atas semua) berada dalam bahaya menari di sama spot dan memperlambat kemajuan mereka. Khanika atau 'sesaat' konsentrasi dalam hal ini adalah oksimoron, di pendapat saya rendah hati. Pikirkan tentang hal ini.

Sebuah proposal untuk praktek Theravada hari ini karena itu, dapat terlihat seperti ini:

Praktek kami perlu membentuk keseimbangan antara sila, samadhi dan panna. Satu kemungkinan adalah untuk menggabungkan refleksi pada sila dan persiapan pada Samatha menjadi basa-basi untuk setiap sesi meditasi Vipassana. Bahkan ada mengintegrasikan tersebut dan pendekatan sistematis di luar sana (esp. dalam Lanka) dan jika posting ini melayani ada gunanya mungkin melakukan beberapa iklan untuk pendekatan komprehensif tersebut untuk pelatihan Buddha.

"Sekarang apa yang konsentrasi, wanita, apa topik nya, apa syarat, dan apa yang perkembangannya"

"Ketunggalan pikiran konsentrasi, teman Visakha; empat dasar sati adalah topik tersebut; empat upaya yang tepat adalah syarat nya; dan setiap budidaya, pengembangan, dan mengejar kualitas ini perkembangannya [. " Dhamma Dinna dalam MN 44]
-Rujukan-

(*) Istilah ini vipassana telah disebutkan dan digunakan dalam sutta walaupun tidak sangat umum. Sebagian besar dalam hubungannya dengan Samatha-vipassana tetapi sebagian besar bagian-bagian yang tidak menyebutkan vipassana dalam sutta dapat dari strata teks yang lebih muda. Aku punya pos lain dalam folder draft saya dengan beberapa Kuantifikasi tentang topik ini yang saya akan link ke tempat ini setelah diposting.

http://theravadin.wordpress.com/2009/02/26/from-vipassana-hater-to-vipassana-lover/

Memahami Vipassana

Apakah praktek Vipassana penerapan viriya (energi), sati (mindfulness), samadhi (konsentrasi), tetapi hanya jika ia menghasilkan kebijaksanaan (panna), lebih khusus ñāṇadassana (mengetahui dan melihat)?



Pengenalan

Sutta-Pitaka memiliki beberapa teks-teks yang bukan merupakan kata Sang Buddha tapi wartawan dekat. Mereka berasal dan berkembang selama 100-300 tahun pertama setelah parinibbana Sang Buddha, seperti Theragatha, Culla-dan Mahaniddesa, Patisambhidhamagga, Nettipakarana, Petakopadesa dan Milindapanha. Meskipun secara tradisional dianggap "kanonik" menunjukkan bahwa mereka jejak Pali mengembangkan lebih lanjut, istilah baru dan upaya sistematisasi.
Dengan demikian, mereka meneteskan cahaya yang sangat mendalam pada awal ajaran Buddha sebagai suplemen penjelasan mereka sendiri Buddha dari sudut yang berbeda dengan ekspresi tambahan, penjelasan. Bahkan mereka mengandung pemahaman agama Buddha sebagai hadiah selama beberapa generasi pertama dari "master meditasi Buddhis". Hal ini sangat membantu, karena penjelasan lebih lanjut tentang beberapa konsep mendasar dalam ajaran Buddha kita bisa mendapatkan lebih baik kita dapat memahami implikasi dan maknanya.

Dalam Cullaniddesa (yang merupakan gaya tesaurus komentar pada teks lain dari wacana-wacana Buddha), misalnya, kita membaca bagian ini indah. Ini adalah komentar pada vagga-Parayana dari Sutta-Nipata:

Teks Pali

1041.

''Yani sotāni lokasmiṃ, Sati tesaṃ nivāraṇaṃ;

Sotānaṃ saṃvaraṃ brūmi,''pidhiyyare paññāyete.

Apa pun aliran ada di dunia ini, mindfulness menghalangi mereka;

Aku berkata kepadamu apa yang menghadang mereka, itu adalah melalui kebijaksanaan bahwa mereka harus berhenti.

mengutip komentar awal yang menjelaskan:

Sati tesaṃ nivāraṇanti. Sati ya ti sati sati anussati paṭissati saraṇatā dhāraṇatā apilāpanatā asammussanatā sati satindriyaṃ satibalaṃ sammāsati satisambojjhaṅgo ekāyanamaggo - Ayam vuccati sati. Nivāraṇa NTI āvaraṇaṃ nīvaraṇaṃ saṃvaraṇaṃ rakkhanaṃ gopananti - sati tesaṃ nivāraṇaṃ.

"Mindfulness menghalangi mereka". "Mindfulness", adalah bahwa kesadaran yang observasi, kembali perhatian, mindfulness, membawa,-mengambang [non altern. pengulangan], un-lupa , mindfulness, Fakultas mindfulness, kekuatan mindfulness, mindfulness sebagai komponen dari kebangkitan, langsung jalan - ini disebut kesadaran.

Paññāyete pidhiyyareti. panna panna ti ya pajānanā vicayo pavicayo dhammavicayo sallakkhaṇā upalakkhaṇā paccupalakkhaṇā paṇḍiccaṃ kosallaṃ nepuññaṃ vebhabyā cinta upaparikkhā bhūrī [bhūri (ka.)] medhā pariṇāyikā Vipassana sampajaññaṃ patodo panna paññindriyaṃ paññābalaṃ paññāsatthaṃ paññāpāsādo paññāāloko paññāobhāso paññāpajjoto paññāratanaṃ amoho dhammavicayo sammādiṭṭhi. Paññāyete pidhiyyareti - paññāyete sota pidhīyanti pacchijjanti savanti na na na āsavanti sandanti nappavattanti. ''Sabbe saṅkhārā aniccā''ti jānato passato paññāyete sota pidhīyanti pacchijjanti savanti na na na āsavanti sandanti nappavattanti. ' 'Sabbe saṅkhārā dukkhā''t passato i jānato paññāyete sota pidhīyanti pacchijjanti savanti na na na āsavanti sandanti nappavattanti. ''''anatta Sabbe saṅkhārā jānato passato ti sota paññāyete pidhīyanti pacchijjanti savanti na na na āsavanti sandanti nappavattanti. ' 'Avijjāpaccayā saṅkhārā'' jānato passato ti sota paññāyete pidhīyanti pacchijjanti savanti na na na āsavanti sandanti nappavattanti. ''Saṅkhārapaccayā viññāṇa''nti ... dan sebagainya

"Melalui kebijaksanaan (mengetahui) bahwa mereka harus berhenti". "Kebijaksanaan", yaitu kebijaksanaan yang merupakan tahu, pemeriksaan, berantakan, un-penumpukan hal-hal (lihat Thag 593), tanda, sampai tanda (tag), back-tanda, keterampilan, kemampuan, pengalaman, keahlian, berpikir, on-cari, kebijaksanaan, wiseness, wawasan, jelas-penglihatan, pemahaman yang jelas (secara harfiah berarti "bersama-sama-tahu"), spur, sebuah tahu, fakultas mengetahui, kekuatan mengetahui, mengetahui keterampilan, kepercayaan mengetahui, cahaya mengetahui, sinar mengetahui, lampu mengetahui, permata mengetahui, unbewilderedness itu, unheaping hal, pandangan benar.

"Melalui mengetahui bahwa mereka harus berhenti" - itu adalah melalui mengetahui bahwa sungai-sungai ditutup, datang terbelah, jangan aliran, jangan buru-buru, jangan lanjutkan, jangan lanjutkan. "Semua formasi yang kekal" sehingga untuk mengetahui dan melihat seperti yang melalui kebijaksanaan sungai-sungai ini ditutup, mereka datang terbelah, tidak mengalir, jangan buru-buru, jangan lanjutkan, jangan lanjutkan. "Semua formasi tersebut" menyakitkan, "adalah Semua formasi" kekal, "berdasarkan Ketidaktahuan adalah" formasi, "Formasi berbasis kesadaran" ... [] originasi tergantung .... Sehingga untuk mengetahui dan melihat seperti yang melalui kebijaksanaan sungai-sungai ini ditutup , mereka datang terbelah, tidak mengalir, jangan buru-buru, jangan lanjutkan, jangan lanjutkan.

[CullaNiddesa - Parayanavagga, pi]

Sebuah ayat yang sangat mencerahkan, IMHO ... di sini kita dapat melihat bahwa "sati" didefinisikan sebagai fakultas tinggal dengan sebuah obyek dan konsep panna dibawa masuk (sebagai gagasan tambahan terpisah) dan poin terhadap situasi yang aktual menciptakan bagian dari wawasan meditasi!

Seperti perbedaan antara sati dan panna akan menjelaskan mengapa sutta melihat sati begitu dekat dengan konsep samadhi.

Sati, paling sering diterjemahkan sebagai "kesadaran", melayani lebih atau kurang sebagai sebuah yayasan - bersama dengan viriya (energi) dan samadhi (konsentrasi) untuk akhirnya pengembangan panna (atau "hikmat", "mengetahui kenyataan seperti itu"), seperti yang ditunjukkan dalam kutipan di atas.

Kami kemudian bisa mengambil langkah lebih lanjut dan memikirkan panna-atau mengetahui bagian-dalam praktek vipassana kita sebagai "aktual" label atau "mencatat" kegiatan yang mengidentifikasi objek, "tag" atau "tanda" itu (sallakkheti) sehingga untuk berbicara, untuk memfasilitasi melihat dari frame bukan film eksistensi, sementara sati hanya membuat pikiran tetap dengan cara observasi, memegang kembali dari tenggelam atau merendam ke dalam storyline lagi, identifikasi, penciptaan proliferasi mental (papañcā) dalam berbagai derajat (dipahami sebagai taṇhā, Mana, diṭṭhi).

Dengan kata lain:

Sati, sebagai fakultas dari memori muncul dalam teks Pali awal dan komentar sebagai kemampuan untuk tetap dengan objek ("saraṇatā dhāraṇatā apilāpanatā asammussanatā, yaitu "mengingat, menjaga, non-mengambang atau pengulangan, non-Loosing").

Bersama dengan viriya, atau energi, memungkinkan pikiran untuk meningkatkan konsentrasi atau samadhi. Ketiga kekuatan dikatakan berdiri di bahu masing-masing * lainnya - yang juga diwakili dalam cara kita menemukan mereka yang tercantum dalam jalan mulia delapan kali lipat.

Berikut ini adalah fungsi hanya sati tidak membenamkan atau tenggelam dalam objek tetapi untuk selalu mengikuti atau membawanya.



Identifikasi dengan objek mengarah ke "mengambang dengan" benda dan terjadi ketika kita kehilangan kesadaran kita (sammosa), yaitu kita menjadi lupa tugas di tangan, lupa untuk mengulang. Dalam hal ini kami upaya dalam perhatian yang sedang berlangsung di setup dari pengalaman itu sendiri, bukan isinya. (Sangat jauh berbeda dengan konsentrasi, dimana sati yang terus perhatian satu satu objek tertentu konsentrasi, objek akal. Dalam meditasi wawasan perhatian tidak pada satu sisi objek tertentu dengan mengorbankan semua orang lain - perhatian adalah pada proses sendiri, disecting itu tegas dengan panna diterapkan, yaitu sam + pajaññā). Jadi dalam Vipassana kita telah bergeser dari negara "normal" pikiran, yang menghadiri APAPUN isi objek enam rasa 'melalui konsentrasi yang berarti hanya SATU objek menghadiri rasa sekarang dipilih untuk menghadiri ke PROSES pengalaman itu sendiri.

Namun, untuk melakukan itu - dan untuk melepaskan gaya bercerita yang menarik dari obyek enam rasa (termasuk berpikir!)! Kita perlu panna di sini dalam bentuk tag / tanda dari beberapa macam dengan cepat "tahu", "mengenali" sesuatu yang apa itu, "lihat" itu dan melepaskan segera. Jika kita adalah untuk menghadiri ke salah satu benda-benda lebih lama dari yang diperlukan kami sudah berkembang biak dalam konteks konten yang disediakan (bahkan jika kita berpikir dalam pikiran Dhamma) dan dengan demikian kehilangan peran aktual panna: melihat sesuatu () sebagai! datang, pergi, menyakitkan di alam yang tidak dapat diandalkan, kosong dari kontrol, diri kurang, palsu.

Ketika kita terbawa oleh cerita "" pengertian objek memberitahu kami (dalam meditasi vipassana kami), kami pertama longgar sehingga kebijaksanaan kami (panna), maka konsentrasi kami pada proses, maka sati kita dan akhirnya energi kita. Bahkan, Anda juga bisa melihatnya sebaliknya: masing-masing keterampilan mental dikembangkan props up yang lain. Hanya dengan menyelaraskan dengan benar, panna mampu melakukan tugasnya.

Oleh karena itu sati dikatakan kekuatan observasi, tidak tergelincir ke dalam objek tetapi terus-menerus menyadari satu (Samatha) atau proses mereka (vipassana). Kemampuan yang pertama adalah dilatih, maka menguasai dan akhirnya datang alami untuk (dan dalam jumlah yang meningkatkan melalui Stream-Entry hingga) Arahat itu karena kebebasannya.

Berikut adalah aspek yang paling menarik walaupun: Meskipun ini mungkin ada informasi baru, peran panna seperti yang ditunjukkan dalam teks ini secara terpisah didefinisikan dari mindfulness.

Di sini, panna bukan hanya sebuah sinonim hanya untuk sati atau kesadaran! Ya, hampir terlihat seolah-olah sati saja tidak per se faktor kebijaksanaan pengembangan dan pencerahan - setidaknya menurut penafsiran dari suatu bagian seperti dikutip di atas.

Di sini, tampak, bahwa dalam urutan penguatan fakultas seperti usaha, mindfulness dan konsentrasi akhirnya bentuk tertentu mengetahui atau panna harus didirikan dalam rangka untuk "mewujudkan" empat kebenaran mulia. Perbedaan antara sati sebagai dukungan untuk konsentrasi dan sati berkaitan dengan mode pengamatan yang mengarah ke kebijaksanaan bisa menjadi alasan bagi banyak kebingungan mengenai peranan meditasi Vipassana Samatha vs. Kedua harus menggunakan tiga anggota terakhir dari jalur delapan kali lipat mulia, tetapi terutama vipassana melampaui dalam mengarahkan dikembangkan (dan terkonsentrasi) pikiran ke sumber penderitaan untuk mencapai kebijaksanaan.

Itu menentukan sumber dan unsur-unsur keberadaan bukanlah sesuatu - atau begitu tampaknya - yang "hanya" terjadi muncul dengan pengamatan hanya dari isi konvensional dan alur cerita indera kita hadir bagi kita sebagai produk jadi kegiatan mereka.

Dalam kata-kata Buddha, kita bisa menambahkan, itu adalah "yoniso" manasikāro bukan hanya "manasikāro" yang sangat penting. Ini adalah perhatian yang pergi ke sumber (yoni, lit). Rahim keberadaan tidak hanya perhatian (manasikāra) atau bahkan lebih parah lagi perhatian yang merupakan yoniso-- pada dasarnya seperti itu perhatian kita gunakan sepanjang hari, ketika kita berkendara kita mobil, berbicara dengan orang lain, dll untuk "sati" dan "manasikāra" sedang bekerja, tetapi mereka lebih lanjut delusi keabadian dan kepribadian.

Jadi memang benar, baik Samatha atau meditasi konsentrasi dan meditasi wawasan perlu kesadaran: Keduanya perlu observasi yang sedang berlangsung. Namun, sementara kebutuhan meditasi Samatha sati untuk tinggal dengan satu obyek yang (tidak harus menerapkan panna), praktek vipassana tidak menghasilkan kebijaksanaan hanya dengan memanfaatkan sati.

Sekarang adalah masalah (untuk kalangan tertentu praktik Vipassana, terutama dalam bentuk, melemah kebijaksanaan-dilucuti kita temukan di Barat). Jika sati saja akan membuat kita tercerahkan maka sati akan menjadi anggota terakhir di jalur delapan kali lipat mulia, tidak samadhi. Kalau samadhi saja akan membuat kita tercerahkan maka tidak akan ada menyebutkan dari yathābhūta ñāṇadassana, atau yoniso manasikāro, tidak akan ada perlu nama perhubungan paticcasamuppada atau intrinsik dari mekanisme sekarang, ketika kesadaran yang disangga dengan nama dan dalam bentuk . Tidak perlu untuk sammādiṭṭhi dan sampaññā dan tidak perlu untuk koleksi seluruh Sutta seperti buku tentang lingkungan enam akal atau lima kelompok menggenggam.

Tetapi karena hal ini harus dilihat, karena mereka adalah kunci untuk sati & samadhi untuk mengebor ke dalam, mereka membuat landasan praktek Buddha dan jelas disebutkan mendapatkan lebih dari apa pun di Tipitaka.

Dan karena dengan melihat 3D film 6d hidup dengan cara sebagai bingkai untuk mengidentifikasi individu dan tidak jatuh untuk cerita, ini adalah panna, yang mengetahui, yang merupakan inti dari Vipassana dalam bentuk pengembangan Nana (wawasan) dan dassanā (melihat).

Tapi itu tidak misterius karena suara. Karena memang, jika Anda pergi melalui Cullaniddesa / SuttaNipata kutipan di atas Anda akan melihat bahwa apa yang dipahami sebagai praktek mengembangkan panna atau kebijaksanaan / wawasan dalam teks Pali awal pada akhirnya terkait dengan praktek viriya, sati, samadhi sebagai sebuah manifestasi dari yoniso manasikara (perhatian yang tampak asal) atau nyanadassana yathabhuta (yang mengetahui dan melihat hal-hal seperti mereka menampilkan diri, karena mereka telah datang ke dalam keberadaan).

Sebuah analogi. Ketiga faktor jalan mulia yang terdiri dari delapan kali lipat "Bhavana" atau "pembangunan meditasi" digunakan sebagai semacam laser. Tetapi setiap laser yang baik adalah hanya sebagai baik sebagai karya itu dihukum. Hal ini perlu diarahkan dengan benar. laser ini tidak "Buddha" oleh alam, tetapi arah itu menunjuk, dan obyek itu diterapkan dan orang yang mengerti mengapa hal ini akan membuat perbedaan mendasar, sesungguhnya, adalah unik Buddha. Apa arah itu? Jelas, 4 kebenaran mulia, diringkas dalam singkat sebagai: lima kelompok menggenggam, obsesi kami dengan mereka dan sifat sebenarnya dari karakteristik mereka, yang, jika dilihat tanpa pengecualian apapun, akan mengakibatkan transendental (harfiah) pengalaman.

Yang mengarahkan laser ini dengan cara yang tepat adalah bagian kebijaksanaan pelatihan. Dan teknik yang digunakan - dan di sini dari perselisihan mungkin saja berlimpah - adalah beberapa bentuk mencatat / pelabelan / penamaan / mengakui / tanda / memanggil karakteristik dari pengalaman kami, yaitu lima kelompok menggenggam. Tapi ini adalah sesuatu yang, jika Anda bisa sampai ke titik ini dalam praktek pribadi Anda, Anda tentu saja dapat mengetahui dengan mudah - apa metode terbaik dalam membantu Anda tidak mendapatkan ditarik ke dalam perenungan dari Anda 6 (lagi!,, Termasuk berpikir!) indra, menunjukkan rumit mereka disiapkan untuk menarik kita - sejauh ini, secara pribadi, saya tidak melihat apa-apa kerja yang lebih baik daripada teknik mencatat esp. jika digunakan dengan sangat terbatas set label ( lihat artikel ini, favorit saya mengenai topik ini ).

Jadi, garis bawah ini, saya kira: Sati mendukung Samadhi. Tak satu pun dari mereka sendiri membuat mistik Kristen yang mengalami vihara Brahma dalam pengalaman jhanic sebuah Arhant. Samadhi dipraktekkan sebelum dan setelah Sang Buddha dan observasi, sati, jika tidak didukung oleh konsentrasi, adalah laser lemah, tidak dapat diandalkan untuk mengungkap keberadaan kain tidak cukup untuk mendukung menghasilkan kebijaksanaan. berlian Buddha untuk memotong melalui khayalan adalah kebijaksanaan, seperti dalam sila, samadhi, panna. Dan itu panna, sambil istirahat berat pada energi, mindfulness dan konsentrasi adalah mengetahui sifat pengalaman kami karena hadiah itu sendiri kepada kami. Sekali lagi, tidak menghadiri kisah enam indra kita tapi bagaimana mereka membuat cerita yang membuat kita terjebak antara kerinduan dan menolak.

Mari kita dekat dengan beberapa suara dari Tafsiran ...

Viditvāti Yam Yam dhammaṃ''''anicca sabbe saṅkhārā tiādinā nayena sammasanto viditvā.

"Apa yang telah mengalami" - apa pun objek yang telah berpengalaman, mencatat (lit. menyentuh) itu dengan cara ini sankhara "sabbe anicca" dan sebagainya

Yam viditvā Sato Cara NTI viditaṃ katvā tulayitvā tīrayitvā vibhāvayitvā vibhūtaṃ katvā,'' sabbe saṅkhārā aniccā''ti viditaṃ tulayitvā tīrayitvā katvā katvā vibhāvayitvā vibhūtaṃ,''sabbe saṅkhārā dukkhā''ti ...''sabbe Dhamma anattā''ti ... pe ... ' 'Yam kiñci samudayadhammaṃ sabbaṃ viditaṃ katvā tam nirodhadhamma''nti tulayitvā tīrayitvā vibhāvayitvā vibhūtaṃ katvā.

"Apa yang telah berpengalaman / belajar / mendapat tahu satu hasil mindful" yaitu sudah pengalaman, setelah ditimbang, memeriksa itu, setelah dikembangkan itu, setelah membuatnya berbeda; "semua formasi yang kekal" dengan demikian telah membuat pengalaman, memiliki ditimbang itu, memeriksanya, setelah dikembangkan itu telah membuat itu berbeda (vi-Bhuta).

"Segala sesuatu yang tidak-diri" .. dll "apa pun yang tunduk pada timbul semua yang juga tunduk pada penghentian." Demikian telah membuat pengalaman itu, setelah ditimbang, memeriksa itu, setelah dikembangkan itu telah membuat itu berbeda.

... Dan komentar pada bab Samyuttanikaya di tayangan akal berisi ringkasan instruksi vipassana luar biasa karena mereka diketahui Theravadin praktek selama waktu tafsiran (100 SM sampai kira-kira 300AD).. Ini akan menjadi bagian dari pos lain yang terpisah tapi di sini terjemahan lurus ke depan saat menambahkan beberapa perspektif untuk semua disebutkan sebelumnya:

Jadi''vipassanaṃ paṭṭhapessāmī''ti upādārūpakammaṭṭhānavasena cakkhupasādādayo pariggahetvā''Ayam rūpakkhandho''ti vavatthapeti , manāyatanaṃ''arūpakkhandho''ti. Iti sabbānipetāni nāmañceva rūpañcāti nāmarūpavasena vavatthapetvā, tesaṃ paccayaṃ pariyesitvā vipassanaṃ vaḍḍhetvā , saṅkhāre sammasanto anupubbena arahatte patiṭṭhāti . Idaṃ ekassa bhikkhuno yāva arahattā kammaṭṭhānaṃ kathitaṃ Hoti.

Dia berpikir: "Aku akan mulai dengan praktek Vipassana" dan bentuk apa pun ia telah diambil oleh berlatih meditasi itu tujuan memiliki tertangkap dari mata, telinga, dll pintu masuk ia menunjuk (menunjukkan, menentukan = vavatthapeti ) agar: "Ini adalah kelompok bentuk" dan jika pintu masuk mental "Ini merupakan grup tanpa bentuk" **.

Jadi, setelah ditunjuk SEMUA yang demikian: "ini hanya nama, hanya bentuk" menurut mereka menjadi nama-dan-formulir, ia berkembang (meningkat) yang jelas-sight (vipassana) yang memiliki mencari penyebabnya / asal / support, ia mencapai yang Arahantship oleh dan dengan melalui melihat (sammasanto diterangi "menyentuh") formasi..

===

* Jadi satipatthana dapat dipahami sebagai sati patthana +, dengan kesadaran dan objek-nya. Sati diarahkan untuk lima kelompok menggenggam adalah sati membantu dalam pengembangan kebijaksanaan (sati sedangkan diterapkan pada suatu objek seperti "cahaya" bantu dalam pengembangan konsentrasi pada cahaya, di sini adalah bahwa sati diterapkan pada sifat dari tubuh, sensasi dll itu membantu dalam konsentrasi pada sifat realitas, memicu wawasan ke dalam mekanika dari lima kelompok menggenggam, mengembangkan detasemen dan akhirnya rilis).

** Ayat ini memiliki BANYAK mengatakan tentang praktek vipassana kuno dan sangat kental dalam deskripsinya. Beberapa catatan: meditasi tampaknya memutuskan untuk mulai dengan vipassana (mungkin di bawah bimbingan beberapa guru mengajar meditasi) dan kemudian mengambil APAPUN dari enam tayangan indera rasa saat ia "menangkap" (pariggaheti) mereka melalui salah satu arti organ enam (pasāda) dan "menunjuk, menunjukkan, menentukan" (lihat definisi vavatthapeti di PED), yaitu dia "label" atau "catatan" mereka dengan cara ini: "Ini adalah bentuk" - jika nya kesadaran menangkap aspek-objek dari lima kelompok menggenggam dan dia label "Ini bukan suatu bentuk" ketika ia menangkap perasaan, persepsi, niat, kesadaran akan objek (apa-apa "subyektif") dan catatan itu juga.

Dengan cara ini dia pada dasarnya hanya mengalami lima kelompok menggenggam hanya sebagai apa yang mereka: yaitu "nama" (atau nama membangkitkan, lihat pembahasan Nyananandas ini dalam khotbah pertamanya Nibbana, apa-apa "subyektif") dan bentuk (yang "objektif" realitas ). Dengan melihat mereka dengan cara ini ia menjadi sadar akan dasar mereka dan hubungan (paccaya) yang merupakan interaksi antara nama-bentuk dan kesadaran. Ketika ia hasil dengan cara ini, jadi komentar itu, ia akhirnya akan menyadari arahantship (di ujung jalan) dengan tanpa henti "menyentuh" atau "mengamati" semua formasi dengan cara ini.
http://theravadin.wordpress.com/2009/07/01/understanding-vipassana/

Senin, 17 Mei 2010

kesaksian


Meditasi Untuk Hidup Awet Muda


Meditasi adalah paket paling berharga bagi kesehatan Anda karena memberi sangat banyak manfaat di setiap waktu Anda. Dua puluh menit sehari melakukan meditasi-sadar akan memberi Anda kedamaian dari dalam, mengurangi risiko penyakit, dan bahkan bisa menambah beberapa tahun kehidupan Anda.
Riset menunjukkan bukti yang menjanjikan bahwa meditasi dapat memperlambat penuaan pada tingkat sel, yang berarti memperpanjang waktu hidup Anda.


Meditasi-sadar berasal dari Timur dan berakar dari spiritualisme. Berdasarkan sejarahnya, praktisi Buddha menggunakan meditasi sebagai proses integrasi pengajaran spiritual untuk memberi pemahaman terhadap tujuan hidup dan pada akhirnya mencapai kebebasan spiritual. Meditasi-sadar telah diadaptasi di Barat terutama sebagai teknik untuk melepas ketegangan mental dan fisik.
Lepas dari perubahan keduniawiannya, melatih kesadaran dengan semakin intens, atau kemampuan untuk menguasai fokus mental dengan jernih di setiap saat, dapat menunda proses penuaan, menurut publikasi Annals of the New York Academy of Sciences (Akademi Tahunan Ilmu Pengetahuan New York) tahun lalu.
Kemampuan meditasi untuk memelihara emosi positif dan keefektivitasan sebagai terapi untuk pembebasan depresi dan stres telah didokumentasikan dalam literatur medis sejak 1970-an. Tingkat penurunan stres yang dihubungkan dengan meditasi dapat menunda penuaan dan kematian sel.
Sel dalam tubuh kita berisi telomer (sarung pelindung untaian terakhir DNA) yang sangat kecil. Setiap waktu sel kita terbelah, telomer memendek, sebagai usaha untuk melindungi DNA dari kerusakan. Para ilmuwan saat ini telah menganggap panjangnya telomer sebagai penanda umur sel—semakin pendek telomer, berarti sel dan seluruh organisme di dalam tubuh semakin tua dan semakin kelelahan.
Dibawah tekanan atau kegelisahan, tubuh kita melepaskan lebih banyak hormon pemicu stres seperti kortisol dan katekolamin. Pemotongan pada hormon ini berkaitan dengan pemendekan telomer, yang menandai penuaan secara fisik.
Hasil perangkat visualisasi syaraf dan laboratorium biokimia menegaskan bahwa perubahan aktivitas otak disebabkan oleh meditasi dan juga dapat menurunkan tingkat hormon stres ini. Pemikiran ini dapat mengarah pada pengurangan pemotongan telomer dan pada pokoknya dapat memperpanjang kehidupan sel kita.
Mekanisme tindakan yang tepat saat ini belum terpetakan; para ilmuwan sedang mengeksplorasi bidang biologi telomer. (Grace Wu/The Epoch Times/feb)http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/11397-meditasi-untuk-hidup-awet-muda

Minggu, 16 Mei 2010

UPOSATHA SUTTA



Demikianlah yang telah Kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavan sedang berdiam di Hutan Jeta, Arama Anathapindika, dekat Savatthi. Kala itu Sang Bhagavan bersabda kepada Para Bhikku, "Hai Para Bhikku." "Ya Bhante", Para Bhikku menyahut Sang Bagavan. Demikian Sabda Sang Bhagavan,"Hai Para Bhikku, pengalaman Uposatha Berunsur Delapan baik Pahala, Manfaat, Kemuliaan, maupun jangkauan-Nya besar sekali. Hai Para Bhikku, bagaimanakah Pengamalan Uposatha Berunsur Delapan yang baik Pahala, Manfaat, Kemuliaan, maupun jangkauan-Nya besar sekali itu?"

"Dalam Hal ini, Para Bhikku, demikianlah yang direnungkan Para Siswa Ariya:

Para Arahat, sepanjang Hidup telah meninggalkan pembunuhan mahluk hidup, telah menjauhkan Diri dari pembunuhan mahluk hidup, telah meletakkan tongkat pemukul serta senjata tajam, merasa malu (berbuat jahat) dan bersikap penuh kasih sayang terhadap semua mahluk hidup.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan pembunuhan mahluk hidup, akan menjauhkan Diri dari pembunuhan mahluk hidup, akan meletakkan tongkat pemukul serta senjata tajam, merasa malu (berbuat jahat) dan bersikap penuh kasih sayang terhadap semua mahluk hidup.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Pertama yang diamalkan.

Para Arahat, sepanjang Hidup telah meninggalkan pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, menjauhkan Diri dari pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, hanya mengambil apa yang diberikan, hanya menginginkan apa yang diberikan, tidak mencuri, Diri-Nya bersih bebas dari noda.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, telah menjauhkan Diri dari pengambilan sesuatu yang tidak diberikan, hanya mengambil apa yang diberikan, hanya menginginkan apa yang diberikan, tidak mencuri, Diri-Nya bersih bebas dari noda.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Kedua yang diamalkan.

Para Arahat, sepanjang Hidup telah meninggalkan kehidupan tidak suci, menjalankan kehidupan suci, menjauhkan Diri dari hal-hal yang tercela, menjauhkan Diri dari kontak seksual seperti orang awam.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan kehidupan tidak suci, menjalankan kehidupan suci, menjauhkan Diri dari hal-hal yang tercela, menjauhkan Diri dari kontak seksual seperti orang awam.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Ketiga yang diamalkan.

Para Arahat, sepanjang Hidup telah meninggalkan ucapan bohong, menjauhkan Diri dari ucapan bohong, hanya mengucapkan yang benar, yang sesuai dengan kenyataan, dapat dipercayai, jujur, tidak berdusta terhadap orang-orang di dunia.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan ucapan bohong, menjauhkan Diri dari ucapan bohong, hanya mengucapkan yang benar, yang sesuai dengan kenyataan, dapat dipercayai, jujur, tidak berdusta terhadap orang-orang di dunia.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Keempat yang diamalkan.

Para Arahat, sepanjang Hidup telah meninggalkan minuman beralkohol dan memabukkan, menjauhkan Diri dari minuman beralkohol dan memabukkan.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan minuman beralkohol dan memabukkan, menjauhkan Diri dari minuman beralkohol dan memabukkan.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Kelima yang diamalkan.

Para Arahat, sepanjang Hidup sehari hanya makan sekali, tidak makan pada malam hari, menjauhkan Diri dari makan pada waktu yang salah.
Aku pun siang dan malam ini akan makan hanya sekali, tidak makan pada malam hari, menjauhkan Diri dari makan pada waktu yang salah.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Keenam yang diamalkan.

Para Arahat, sepanjang Hidup menjauhkan Diri dari tari-tarian, nyanyian, musik, tontonan pertunjukan, menjauhkan Diri dari pengenaan untaian bunga, wangi-wangian, bahan kosmetik, dandanan dan perhiasan.
Aku pun siang dan malam ini akan menjauhkan Diri dari tari-tarian, nyanyian, musik, tontonan pertunjukan, menjauhkan Diri dari pengenaan untaian bunga, wangi-wangian, bahan kosmetik, dandanan dan perhiasan.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Ketujuh yang diamalkan.

Para Arahat, sepanjang Hidup meninggalkan tempat tidur yang tinggi dan besar, menjauhkan Diri dari tempat tidur yang tinggi dan besar, hanya menggunakan tempat tidur yang rendah atau yang beralaskan taburan dedaunan.
Aku pun siang dan malam ini akan meninggalkan  tempat tidur yang tinggi dan besar, menjauhkan Diri dari tempat tidur yang tinggi dan besar, hanya menggunakan tempat tidur yang rendah atau yang beralaskan taburan dedaunan.
Dengan cara demikianlah Aku mengikuti jejak Para Arahat, dan menjalankan Uposatha. Inilah Sila Kedelapan yang diamalkan.
Demikianlah, Para Bhikku, Pengamalan Uposatha Berunsur Delapan yang baik  Pahala, Manfaat, Kemuliaan, maupun jangkauan-Nya besar sekali.

Seberapa besarkah Pahala-Nya? Seberapa besarkah Manfaat-Nya? Seberapa besarkah Kemuliaan-Nya? Seberapa besarkah Jangkauan-Nya? Sama seperti, Para Bhikku, memiliki Kekuasaan Penuh atas keenam belas Negara ; Angga, Magadha, Kasi, Kosala, Wajji, Malla, Ceti, Wangga, Kuru, Pancala, Maccha, Surasena, Assaka, Awanti, Ghandara dan Kamboja, yang berlimpah ruah dalam Tujuh Permata, namun masih kalah jauh tidak sebanding dengan Uposatha Berunsur Delapan ini. Apa sebabnya? Karena, Para Bhikku, bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.

Para Bhikku, 50 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Catummaharajika. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Catummaharajika adalah 500 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Catummaharajika. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'

Para Bhikku, 100 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Tavatimsa. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Tavatimsa adalah 1000 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Tavatimsa. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'

Para Bhikku, 200 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Yama. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Yama adalah 2000 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Yama. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'

Para Bhikku, 400 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Tusita. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Tusita adalah 4000 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Tusita. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'

Para Bhikku, 800 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Nimmanarati. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Nimmanarati adalah 8000 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Nimmanarati. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'

Para Bhikku, 1600 tahun Alam manusia setara dengan sehari semalam Para Dewa Parinimmitavasavatti. Tiga puluh hari demikian adalah sebulan. Dua belas bulan demikian adalah satu tahun. Usia Para Dewa Parinimmitavasavatti adalah 16000 tahun demikian. Besar kemungkinan, Para Bhikku, ada Pria atau Wanita tertentu, setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan, apabila badan jasmaninya hancur sesudah meninggal dunia, akan terlahir kembali diantara Para Dewa Parinimmitavasavatti. Inilah, Para Bhikku, yang tersirat dalam ungkapan ' Bila dibandingkan dengan Kebahagiaan Surgawi, Kerajaan manusia sungguh tiada nilainya.'

Tidak membunuh, tidak mencuri,
Tidak berbohong pun bukan peminum,
Menjauhi seks dan hidup tak suci,
Tidak makan malam, di waktu yang salah,
Tak mengenakan kalung bunga dan wewangian,
Tidur beralas bumi atau dipan,
Inilah Delapan Unsur Uposatha nan Agung.
Oleh Buddha telah dibabarkan pelebur dukkha,
Bak mentari dan rembulan nan tampak jelas,
Bercahaya cemerlang memancar jauh,
Mengusir kegelapan di angkasa raya,
Menyinari langit menerangi penjuru.
Di antara harta pusaka di sini,
Mutiara, Permata, Lapis Lazuli,
serta Emas nan bernilai tinggi,
Yang dikatakan dapat diperoleh dengan uang,
Dibandingkan dengan Uposatha Berunsur Delapan,
Sungguh kalah jauh tidak sebanding.
Bak sinar rembulan dengan semua cahaya bintang.
Oleh karena itu, hai Pria dan Wanita nan berbudi,
Setelah mengamalkan Uposatha Berunsur Delapan,
Kebajikan yang mendatangkan Kebahagiaan,
Dengan tiada cacat, surgalah yang Kalian raih !



Jumat, 14 Mei 2010

MEDITASI JALAN




Oleh: Sayadaw U Silananda
Alih Inggris-Indonesia: Chandasili Nunuk Y.K.
Diedit oleh: Samuel B. Harsojo

Dikegiatan penyunyian yang kami selenggarakan, para yogi mempraktekkan meditasi kesadaran (vipassana) dengan menggunakan empat sikap tubuh yang berbeda-beda.
Mereka mempraktekkan kesadaran saat berjalan, berdiri, duduk dan berbaring. Mereka harus sepenuhnya membangun kesadaran setiap saat dalam kondisi apapun.
Sikap utama tubuh dalam meditasi kesadaran adalah duduk bersila dengan punggung tegak. Tapi umumnya para yogi sulit duduk berjam-jam tanpa merubah posisi. Sehingga kami mengganti saat-saat duduk meditasi ini dengan meditasi jalan.
Karena meditasi jalan sangat penting maka perlu didiskusikan lebih jauh.
Diskusi tersebut berkenaan dengan manfaat, pentingnya dan kondisi alami yang bisa dipahami saat mempraktekkan meditasi jalan.
Praktek meditasi kesadaran bisa diumpamakan seperti merebus air. Pertama seseorang harus mengisi air ke dalam teko. Lalu teko itu diletakkan di atas kompor kemudian kompor itu dinyalakan.
Sebelum air mendidih ia mematikan kompor. Meski sesaat kompor dimatikan untuk kemudian dinyalakan lagi sebentar, air di dalam teko tidak langsung mendidih.
Jika hal ini terus dilakukan, mematikan dan menyalakan kompor (sebelum air mendidih) maka air di dalam teko tidak akan pernah mendidih.
Dengan cara yang sama, jika ada jeda atau celah diantara kesadaran maka kita tidak akan bisa membangun konsentrasi dengan baik.
Itulah sebabnya para yogi yang berada dalam pengawasan kami diinstruksikan untuk membangun kesadaran sepanjang waktu. Mulai dari saat bangun dari tidur di pagi hari hingga terlelap pada malam harinya. Dalam hal ini praktek meditasi jalan menyatu didalamnya untuk menumbuhkan kesadaran yang berkesinambungan.
Namun demikian kami pernah mendengar orang-orang yang mengkritik praktek meditasi jalan. Para pengritik ini mengatakan mereka tidak memperoleh manfaat atau hasil yang baik dari praktek meditasi jalan tersebut.
Sesungguhnya Sang Buddha merupakan orang pertama yang membabarkan praktek meditasi jalan ini.
Pembahasan meditasi jalan Beliau sampaikan dua kali. Dalam “bagian” yang disebut “sikap tubuh” Beliau mengatakan seorang yogi tahu, “saya sedang berjalan” saat ia sedang berjalan, tahu, “saya sedang berdiri” ketika sedang berdiri, tahu “saya sedang duduk” saat sedang duduk dan tahu saat sedang berbaring sebagai “saya sedang berbaring”.
Pada bagian lain yang disebut “pemahaman jernih” Sang Buddha mengatakan, “Seorang bhikkhu menggunakan pemahaman yang jernih saat berjalan bolak-balik”. Maksud dari “pemahaman yang jernih” disini adalah pemahaman yang benar atas segala sesuatu yang diamati.
Dengan memiliki pemahaman yang benar terhadap pengamatannya seorang yogi dapat membangun konsentrasi.
Untuk membangun konsentrasi ia harus menggunakan kesadarannya. Lebih jauh Sang Buddha berkata, “Para bhikkhu gunakan pemahaman jernihmu”.
Kita harus menyadari bukan saja pemahaman yang jernih tapi juga kesadaran dan konsentrasi saat sedang berjalan bolak-balik. Jadi, meditasi jalan merupakan suatu bagian penting dari proses ini.
Meski Sang Buddha tidak memberikan petunjuk secara khusus dan rinci tentang meditasi jalan (hanya penjelasan singkat yang tercatat di dalamsutta) kami percaya Beliau telah memberikan petunjuk pada suatu waktu.
Petunjuk-petunjuk itu telah dipelajari oleh para murid Sang Buddha dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sebagai tambahan para guru terdahulu telah memiliki “resep” berdasarkan pengalaman praktek meditasi mereka sendiri.
Saat ini kami memiliki serangkaian petunjuk yang teliti tentang cara mempraktekkan meditasi jalan.
Izinkan kami secara khusus membahas praktek meditasi jalan. Jika kalian adalah para pemula sang guru akan menasehati untuk sepenuhnya awas pada satu hal selama mempraktekkan meditasi jalan; “Sepenuhnya awas pada langkah kaki sementara kalian membuat pencatatan di dalam batin berjalan…..berjalan…..berjalan….atau kiri-kanan…kiri-kanan…”
Yang perlu diingat kalian harus berjalan lebih lambat dari biasanya saat sedang berlatih meditasi jalan.
Setelah beberapa jam atau setelah satu-dua hari bermeditasi kalian akan diberi petunjuk untuk melakukan dua tahapan dalam melangkah, yaitu melangkah dan meletakkan kaki. Ini harus dicatat dalam batin sebagai, “angkat-letakkan…angkat-letakkan….angkat-letakkan”.
Kalian harus mengamati sungguh-sungguh dua tahapan proses melangkah tersebut. Setelah itu kalian akan diberi petunjuk untuk sepenuhnya menyadari tiga proses berjalan, yakni pertama proses mengangkat, kedua proses maju dan ketiga proses meletakkan kaki.
Sesudahnya kalian akan diberi petunjuk lanjutan untuk sepenuhnya menyadari empat tahapan dalam proses melangkah yakni, pertama mengangkat, kedua maju, ketiga turun, keempat sentuh atau meletakkan kaki ke lantai.
Kalian akan diinstruksikan untuk mencatat dalam batin empat gerakan tersebut, “angkat-maju-turun-tekan”.
Sebagai pemula para yogi akan menemui kesulitan untuk berjalan perlahan. Tapi, ketika ia sepenuhnya memberi perhatian dengan baik, ia bisa menyadari semua gerakan itu.
Dengan demikian semakin lama ia semakin penuh perhatian. Pada saat itulah secara otomatis ia berjalan dengan perlahan. Tidak perlu secara sengaja melambatkan langkah kaki tersebut. Namun, dengan menaruh perhatian penuh secara otomatis langkah kaki akan melambat.
Saya akan memberi perumpamaan untuk menjelaskan pernyataan di atas. Sewaktu berkendara di jalan bebas hambatan seseorang cenderung memacu kendaraannya pada kecepatan 60-70 atau malah 80 mil/jam. Dengan kecepatan seperti itu akan sulit baginya membaca rambu-rambu lalu lintas di pinggir jalan. Bila ia ingin membaca rambu-rambu tersebut ia harus melambatkan laju kendaraannya. Tak perlu siapapun mengingatkan, “pelan-pelanlah”. Tapi si sopir secara otomatis akan memperlambat laju kendaraannya untuk bisa melihat rambu-rambu tersebut.
Dengan pemahaman yang sama, bila seorang yogi ingin memberikan perhatian yang lebih cermat atas gerakan mengangkat, maju, turun dan tekan, secara otomatis ia akan melambatkan langkah kakinya. Hanya dengan berjalan lambat ia bisa sepenuhnya awas dan waspada terhadap gerakan kaki tersebut.
Meskipun para yogi memberikan perhatian yang cermat dan melambatkan langkahnya ada kemungkinan mereka tidak melihat semua pergerakan dan tahapan dari pergerakan tersebut dengan jernih.
Maklum tahapan pergerakan itu belum menempel di pikiran. Saat itu seolah-olah pergerakan tersebut merupakan satu kesatuan gerak yang berkesinambungan. Saat konsentrasi berkembang lebih kuat para yogi akan mampu mengamati tahapan-tahapan gerakan yang berbeda dalam satu langkah dimana akhirnya empat tahap gerakan (dalam satu langkah) lebih mudah diamati.
Para yogi akan mengetahui secara jelas bahwa gerakan mengangkat berbeda dengan gerakan maju maupun gerakan turun. Mereka mengetahui kaki yang terangkat itu terasa ringan. Saat mendorong kaki ke depan mereka akan mencapai pergerakan dari satu tempat ke tempat lain. Dan ketika menurunkan kaki mereka mencatat gerakan kaki yang turun menjadi berat dan semakin berat. Saat meletakkan kaki ke lantai/tanah mereka merasakan sentuhan.
Lebih jauh, sepanjang pengamatan angkat, maju, turun dan tekan ke lantai, para yogi akan melihat rasa ringan saat kaki mengangkat, gerakan kaki, rasa berat saat kaki turun dan sentuhan pada kaki terhadap lantai yang berupa rasa keras dan lunak. Saat mengamati proses-proses ini mereka sedang “melihat” empat unsur utama (Pali: Dhatu ). Empat unsur utama itu adalah unsur tanah, unsur air, unsur api dan unsur udara. Dengan memberi perhatian yang cermat pada empat tahapan melangkah sewaktu berlatih meditasi jalan, empat unsur utama tersebut “nampak”. Jadi unsur-unsur itu tidak hanya sekedar konsep (teori belaka), tapi merupakan proses nyata, realitas mutlak.
Ijinkan kami membahas lebih terperinci sifat dari unsur-unsur tersebut yang bekerja saat mempraktekkan meditasi jalan.
Pada gerakan pertama, yakni gerakan mengangkat kaki, yogi mengalami rasa ringan. Ketika mengalami rasa ringan mereka “melihat” unsur api.
Salah satu aspek dari unsur api adalah membuat benda-benda menjadi lebih ringan. Saat benda-benda menjadi lebih ringan itulah mereka bisa mengangkat kaki.
Dengan kata lain saat itu yogi merasakan intisari dari unsur api. Tidak hanya itu. Saat kaki terangkat ada unsur lain yang juga bekerja di sana. Setelah itu terjadi pergerakan kaki bergerak naik. Pergerakan terjadi karena ada unsur udara yang bekerja. Tapi, dalam hal naiknya kaki, unsur api lebih dominan dibanding unsur udara. Jadi bisa dikatakan saat menangkat kaki unsur utamanya adalah unsur api dan unsur kedua yang mengikuti adalah unsur udara. Kedua unsur tersebut bisa dirasakan oleh para yogi saat mereka menaruh perhatian sungguh-sungguh ketika mengangkat kaki.
Tahap berikutnya adalah mendorong kaki ke depan. Saat kaki terdorong ke depan unsur utama yang mempengaruhi gerakan tersebut adalah unsur udara. Karena pergerakan (dalam hal ini adalah gerakan mendorong) adalah satu sifat utama dari unsur udara. Jadi, saat bersungguh-sungguh melihat gerakan kaki maju ketika melakukan meditasi jalan yogi-yogi itu sebetulnya tengah “melihat” intisari unsur udara.
Tahap meditasi jalan berikutnya adalah gerakan menurunkan kaki. Sewaktu yogi meletakkan kaki ke bawah ada sejenis kekerasan pada kaki. Kekerasan adalah karakteristik dari unsur air. Unsur air bersifat merembes dan mengental. Saat cairan menjadi berat maka ia akan mengental. Jadi, saat yogi mengalami rasa berat pada kaki mereka sebenarnya mengalami peristiwa bekerjanya unsur air.
Saat kaki menekan ke tanah/lantai yogi-yogi akan mengalami kekerasan dan kelembutan dari kaki yang menyentuh tanah atau lantai. Persinggungan antara kaki dan landasan mengalami keadaaan alaminya yang khas. Kondisi ini dipengaruhi oleh unsur tanah. Jadi dengan menaruh perhatian sungguh-sungguh saat kaki menekan landasan yogi-yogi sebenarnya bisa memetik pengalaman berupa keadaan alami yang dipengaruhi oleh unsur tanah.
Bisa dikatakan hanya dengan satu langkah para yogi bisa mengamati banyak proses. Mereka bisa mengamati empat unsur utama dan menyadari keempatnya secara alami. Keadaan ini hanya bisa “dilihat” dan dialami oleh para yogi yang berlatih dengan sungguh-sungguh.
Saat para yogi meneruskan latihan meditasi jalannya mereka akan menyadari pada setiap gerakan ada pikiran yang mencatat atau mengawasi setiap gerakan tersebut. Dengan kata lain ada gerakan mengangkat disertai munculnya pikiran yang mengawasi (mencatat) gerakan mengangkat tersebut. Selanjutnya, ada gerakan mendorong kaki ke depan disertai dengan pikiran yang mengawasi gerakan tersebut. Setelah itu ada gerakan menurunkan kaki ke landasan. Bersamaan dengan itu ada pikiran yang mengawasi gerakan tersebut. Keduanya muncul dan lenyap sampai kaki betul-betul menyentuh landasan.
Proses yang sama muncul saat melakukan gerakan menekan kaki ke landasan. Saat itu ada gerakan menekan dan munculnya pengawasan atas gerakan tersebut. Dengan cara ini para yogi akan memahami bahwa bersamaan dengan melangkah ada gerakan kesadaran atau pengawasan. Saat-saat menyadari tersebut termasuk ke dalam bekerjanya kelompok batin (dalam bahasa Pali disebut nama).
Sementara gerakan-gerakan kaki termasuk ke dalam kelompok materi ataurupa . Pada saat itu para yogi akan memahami batin dan jasmani muncul dan lenyap setiap saat.
Inilah penjelasannya. Pada satu waktu ada kaki yang terangkat dan munculnya kesadaran mengangkat. Saat berikutnya ada gerakan kaki mendorong ke depan dan kesadaran yang melihat pergerakan tersebut. Demikian seterusnya.
Dari sinilah muncul pemahaman tentang bekerjanya pasangan batin dan jasmani yang muncul dan lenyap setiap saat. Hanya saja pemahaman atau pengertian tentang muncul dan lenyapnya batin dan jasmani setiap saat ini hanya akan terjadi bagi mereka yang berlatih dengan sungguh-sungguh.
Ada hal lain yang akan ditemui para yogi. Yakni munculnya serangkaian kehendak atau maksud yang mengakibatkan terjadinya setiap gerakan. Mereka akan menyadari bahwa kaki bisa diangkat karena mereka menginginkannya. Juga, kaki terdorong ke depan karena mereka bermaksud demikian. Kaki bisa turun karena mereka menginginkannya. Begitu pula kaki bisa menekan landasan karena mereka bermaksud demikian. Jadi, hal itu bisa terjadi karena munculnya serangkaian kehendak. Kehendaklah yang mengawali setiap pergerakan. Setelah ada kehendak untuk mengangkat maka muncul proses mengangkat kaki. Setelah ada kehendak untuk mendorong maka muncul proses kaki terdorong ke depan. Demikian seterusnya.
Setelah mengamati proses ini dengan sungguh-sungguh para yogi kemudian memahami semua kemunculan itu berkondisi. Pergerakan-pergerakan itu tak akan muncul dengan sendirinya. Pergerakan-pergerakan itu tak akan terjadi tanpa adanya suatu sebab. Ada sebuah sebab atau kondisi untuk setiap pergerakan. Kondisi yang dimaksud adalah munculnya kehendak atau maksud yang mengawali setiap pergerakan. Inilah temuan berikutnya yang bisa ditemui para yogi saat mereka memberikan perhatian dengan sungguh-sungguh.
Saat seorang yogi memahami kondisi munculnya setiap pergerakan maka akan muncul pemahaman baru. Mereka memahami bahwa pergerakan itu tercipta oleh maksud atau kehendak. Mereka akan memahami bahwa maksud atau kehendak adalah kondisi yang membuat munculnya pergerakan. Pada saat inilah seorang yogi bisa memahami hubungan sebab akibat. Mereka bisa memahami hubungan antara yang dikondisikan dan yang mengkondisikan.
Saat pemahaman itu muncul yogi ini bisa saja menyingkirkan keragu-raguannya tentang batin dan jasmani. Hal ini terjadi melalui munculnya pengertian bahwa batin dan jasmani tidak akan muncul tanpa adanya suatu kondisi.
Dengan pemahaman yang jernih atas kondisi setiap benda dan dengan tersingkirnya keragu-raguan atas batin dan jasmani bisa dikatakan ia meraih tingkat mendekati seorang sotapanna ..
Sotapanna artinya pemenang arus. Seorang sotapanna adalah seseorang yang telah meraih pencerahan tingkat pertama. Seseorang yang meraih tingkat pemahaman mendekati seorang sotapanna belum benar-benar menjadisotapanna. Tapi pihak terakhir ini sudah dipastikan hanya akan terlahir kembali ke alam manusia atau alam dewa-dewa.
Dengan demikian seseorang yang mendekati pemahaman sotapanna tak mungkin terlahir di alam-alam bawah (alam peta, binatang, atau alam-alam neraka). Pemahaman ini bisa diraih melalui meditasi jalan. Tentu saja hal ini bisa terjadi sekali lagi dengan memberikan perhatian secara teliti dan sungguh-sungguh dalam mengamati setiap pergerakan kaki.
Inilah keuntungan besar dari berlatih meditasi jalan. Tentu saja tingkat di atas tidak mudah dicapai. Tapi, bila seorang yogi mampu meraihnya bisa dipastikan ia hanya akan terlahir di alam-alam bahagia.
Saat yogi memiliki pengertian tentang muncul-lenyapnya batin dan jasmani mereka akan memahami ketidakkekalan proses melangkah. Mereka juga akan memahami ketidakkekalan kesadaran melangkah. Hal ini terjadi seiring dengan timbulnya pengertian bahwa segala sesuatu itu akan muncul dan lenyap. Akhirnya pengertian selanjutnya yang muncul adalah segala sesuatu itu bersifat tidak kekal.
Kita harus berusaha memahami apakah sesuatu itu bersifat kekal atau tidak kekal. Kita harus berusaha untuk melihat melalui kekuatan yang muncul dalam meditasi apakah benda-benda itu subyek dari proses menjadi yang kemudian lenyap. Jika meditasi kita cukup baik keadaan ini memungkinkan untuk mengamati ketidakkekalan. Setelah itu barulah seorang yogi bisa memutuskan fenomena yang tengah diselidikinya itu bersifat tidak kekal.
Melalui penyelidikannya para yogi melihat (menyadari) saat bermeditasi jalan ada gerakan mengangkat dan kesadaran yang muncul atas gerakan itu yang sesaat kemudian lenyap.
Hal ini memberi ruang atas munculnya gerakan mendorong kaki ke depan. Gerakan ini pun secara sederhana muncul dan lenyap, muncul dan lenyap (timbul tenggelam). Melalui proses ini lewat pengalamannya sendiri, pengertian muncul dalam diri para yogi.
Pemahaman ini tidak timbul dari membaca buku, diberitahu pihak lain atau adanya suatu otoritas tertentu yang mendorong munculnya pengertian ini.
Saat mengalami bahwa batin dan jasmani itu timbul dan tenggelam para yogi akan memahami batin dan jasmani itu bersifat tidak kekal. Saat mereka memahami batin dan jasmani itu bersifat tidak kekal mereka akan mengerti bahwa batin dan jasmani itu bersifat tidak memuaskan. Hal ini muncul karena ternyata batin dan jasmani berada dalam keadaan terus-menerus timbul dan tenggelam.
Setelah memahami ketidakkekalan dan tidak memuaskannya benda-benda akan muncul suatu penyelidikan yang memunculkan pengertian bahwa di sana tak ada “tuan” dari benda-benda tersebut. Atau dengan kata lain, mereka menyadari tak ada jiwa atau diri di dalam benda-benda yang memerintah mereka untuk menjadi kekal.
Benda-benda hanya timbul dan tenggelam mengikuti hukum alam. Dengan memiliki pemahaman semacam ini yogi-yogi memahami sifat ketiga dari fenomena yang berkondisi, yakni sifat dari anatta. Bahwa benda-benda tak memiliki “diri” di dalamnya. Salah satu arti dari anatta adalah tak ada tuan (majikan) tiada apapun, tak ada kekuatan apapun, tak ada jiwa dibalik fenomena-fenomena tersebut.
Pada kondisi ini yogi-yogi bisa memahami sifat ketiga dari semua fenomena yang berkondisi yakni bersifat tidak kekal, penuh penderitaan dan tak ada inti yang kekal di dalamnya (dalam Pali disebut bersifat, anicca, dukkha dananatta).
Para yogi bisa memahami ketiga sifat tersebut dengan penyelidikan secara tekun saat kaki naik dan kesadaran yang muncul saat menaikkan kaki dan seterusnya.
Dengan memberikan perhatian penuh atas gerakan tersebut mereka melihat benda-benda timbul-tenggelam terus-menerus. Akibatnya mereka bisa melihataniccadukkha dan anatta dari semua fenomena secara alami.
Sekarang izinkan kami untuk menjelaskan lebih terperinci tentang pergerakan dalam meditasi jalan. Umpamanya seseorang mengambil gambar bergerak dari proses mengangkat kaki. Lebih jauh, umpamanya, naiknya kaki berkisar satu detik. Katakanlah ada kamera yang bisa merekam gerakan tersebut. Sehingga kamera ini bisa mengambil gambar dari gerakan itu sebanyak 36 bingkai dalam satu detik.
Setelah gambar itu terekam kita bisa mengamati rangkaian pergerakan dalam bingkai-bingkai yang terpisah itu.
Terlihat rangkaian pergerakan itu berbeda satu sama lainnya. Meski perbedaan itu kecil sekali tapi seseorang bisa dengan mudah melihat perbedaan tersebut.
Bagaimana jika ada kamera yang bisa mengambil gambar dari pergerakan mengangkat kaki sebanyak 1000 bingkai dalam satu detik? Bila ada kamera demikian maka akan dihasilkan rekaman seribu pergerakan dalam satu detik. Meskipun, tentunya, rangkaian gambar pergerakan itu hampir-hampir sulit dibedakan. Sekarang akan semakin sulit melihat perbedaan pergerakan dalam bingkai gambar dari hasil rekaman kamera yang bisa mengambil gambar satu juta bingkai dalam satu detik. Inilah kenyataannya, ternyata ada satu juta proses pergerakan mengangkat kaki dimana kita menganggapnya sebagai satu gerakan belaka.
Usaha yang dikerahkan saat bermeditasi jalan adalah melihat gerakan kita secara cermat secermat kamera berkekuatan tinggi melihatnya bingkai demi bingkai. Kita pun perlu menyelidiki kekuatan kesadaran dan kekuatan kehendak yang muncul di awal setiap pergerakan.
Dengan cara semacam inilah akan muncul penghargaan dan penghormatan atas perjuangan, kebijaksanaan dan pandangan terang Sang Buddha atas apa yang beliau lihat dari pergerakan-pergerakan tersebut.
Saat menggunakan kata “melihat” atau “mengamati” yang merujuk pada situasi diri sendiri, hal ini dimaksudkan secara langsung melihat dan juga menarik kesimpulan; bahwa kita tak akan mungkin melihat secara langsung seluruh satu juta gerakan seperti yang bisa dilihat oleh Sang Buddha.
Sebelum mulai berlatih meditasi jalan mungkin para yogi pernah berpikir satu langkah hanya terdiri dari satu gerakan.
Setelah berlatih meditasi dan mengamati dengan penuh perhatian para yogi akan tahu meski hanya satu pergerakan (dari jumlah keseluruhan 4 tahapan gerak) sebenarnya pergerakan itu gabungan dari jutaan gerak.
Dari proses ini mereka melihat batin dan jasmani, timbul tenggelam, sebagai ketidakkekalan.
Dengan pandangan biasa seseorang tak akan mampu melihat ketidakkekalan dari benda-benda karena ketidakkekalan tersembunyi oleh khayalan.
Kita berpikir, sebagai umat awam, yang melihat saat melangkah hanya berupa satu gerakan tak terputus. Namun dengan mengamati lebih jernih kita bisa mengetahui bahwa gerakan itu terdiri dari banyak gerak yang berkesinambungan dalam membentuk satu-kesatuan gerak.
Demikian pula dengan yang terjadi pada khayalan atas ketidakterputusan bisa dipatahkan.
Khayalan ini bisa dipatahkan oleh pengamatan langsung atas fenomena jasmani sedikit demi sedikit, setahap demi setahap sebagaimana adanya sehingga khayalan tersebut bisa dihancurkan.
Nilai dari meditasi ini bersandar pada kemampuan kita untuk menyingkirkan selubung ketidakterputusan dengan menemui keadaan alami atas ketidakkekalan. Para yogi bisa menemukan ketidakkekalan sebagaimana adanya secara langsung melalui daya upaya mereka sendiri.
Setelah menyadari bahwa benda-benda merupakan gabungan dari bagian-bagian yang muncul sedikit demi sedikit dan setelah mengamati bagian-bagian ini satu demi satu, para yogi akan menyadari sesungguhnya tak ada apapun di dunia ini yang cukup berharga untuk dilekati atau diidam-idamkan. Jika melihat sesuatu yang sekilas kita pikir cantik ternyata si cantik itu berlubang-lubang, mudah busuk dan hancur. Karenanya kita akan kehilangan keterikatan atasnya.
Sebagai contoh kita mungkin melihat sebuah lukisan indah yang digoreskan pada suatu kanvas. Saat itu kita berpikir cat dan kanvas secara keseluruhan sebagai suatu kesatuan. Jika lukisan tersebut ditaruh di bawah mikroskop kita akan melihat ternyata gambar tersebut tidak padat dan merupakan satu kesatuan. Karena ternyata lukisan tersebut terdiri dari banyak lubang dan rongga-rongga.
Setelah melihat lukisan tersebut merupakan gabungan dari ruang-ruang kita akan kehilangan ketertarikan padanya. Dengan kata lain ketertarikan kita pada lukisan tersebut akan padam. Ahli fisika modern tahu hal ini dengan baik. Mereka telah mengamatinya dengan peralatan sangat canggih bahwa materi hanyalah gabungan getaran partikel-partikel dan energi yang berubah terus-menerus. Tak ada suatu inti sari yang kekal di dalamnya.
Dengan menyadari ketidakkekalan yang tiada akhir ini para yogi tahu benar-benar tidak ada apapun yang cukup berharga untuk diidam-idamkan. Tak ada apapun yang cukup berharga untuk digenggam di dunia fenomena ini.
Sekarang kita bisa memahami alasan mengapa perlu berlatih meditasi. Kita berlatih meditasi karena ingin menyingkirkan kemelekatan dan kerinduan terhadap obyek-obyek. Itu terjadi melalui pengertian atas merealisir ketiga keberadaan aniccadukkha dan anatta dari benda-benda secara apa adanya. Dengan cara itulah kita bisa menyingkirkan kerinduan.
Kita ingin menyingkirkan kerinduan karena tidak ingin menderita. Kita harus mengenyahkan kerinduan dan kemelekatan. Kita harus memahami bahwa segala sesuatu muncul dan lenyap. Tak ada substansi yang kekal di dalamnya.
Sekali kita mampu menyadari hal ini maka kita akan mampu menyingkirkan kemelekatan terhadap benda-benda. Sepanjang belum mampu menyadari kebenaran ini, sebanyak apapun buku yang dibaca atau bahan yang didiskusikan (mendiskusikan tentang bagaimana menyingkirkan kemelekatan) kita tidak akan mampu mengenyahkan kemelekatan tersebut. Maka sangat diperlukan memiliki pengalaman langsung bahwa semua benda yang berkondisi adalah tanda dari keberadaan ketiga sifat dasar tersebut.
Lebih jauh kita harus memberikan perhatian penuh saat bermeditasi jalan sama seperti yang kita lakukan saat duduk bermeditasi atau berbaring.
Saya tidak sedang berusaha mengatakan bahwa dengan mempraktekkan meditasi jalan bisa memberikan kesadaran tertinggi dan kemampuan untuk sepenuhnya mengusir kemelekatan. Meski begitu meditasi jalan bisa seakurat seperti meditasi duduk atau jenis posisi meditasi vipassana yang manapun. Meditasi jalan bisa mengakibatkan berkembangnya kekuatan spiritual. Meditasi jalan juga sekuat kesadaran murni melihat kembung dan kempisnya perut. Meditasi jalan juga bisa menjadi alat yang tepat guna menolong kita menyingkirkan kekotoran batin. Meditasi jalan bisa menolong kita meraih pandangan terang melalui melihat ke dalam benda-benda apa adanya.
Selebihnya kita harus berlatih meditasi jalan dengan sungguh-sungguh sama seperti waktu berlatih meditasi duduk atau posisi lainnya. Dengan mempraktekkan semua sikap tubuh dalam meditasi vipassana, termasuk sikap tubuh berdiri, semoga semua yogi bisa meraih pemurnian sepenuhnya dalam kehidupan ini.



ooooo000ooooo




RIWAYAT SINGKAT SAYADAW U SILANANDA

Sayadaw U Silananda adalah salah satu dari sekian banyak murid guru meditasi terkenal dari Myanmar, Mahasi Sayadaw, yang beliau utus untuk menyebarkan dhamma ke negara-negara barat. Beliau dikirim ke Amerika Serikat bersama beberapa rekan bhikkhu lainnya. Di negara ini beliau menyebarkan dhamma dalam berbagai bentuk mulai dari mengajar, berceramah sampai melakukan bimbingan meditasi yang intensif.
Sayadaw U Silananda mengawali hidup kebhikkhuan pada tahun 1947. Beliau beruntung mendapat bimbingan langsung dari Mahasi Sayadaw yang sangat terkenal.
Selain dikenal sebagai praktisi meditasi yang tekun beliau pun secara akademik cerdas. Terbukti pemerintah memberinya dua gelar guru dhamma (Dhammacariya) kepada beliau.
Tujuh tahun sejak penahbisannya beliau menjabat sebagai salah satu penyunting utama naskah Pali, komentar dan sub komentar pada konsili Buddhis ke-enam yang berlangsung di tahun 1954. Pada tahun yang sama itu pula beliau diangkat sebagai ketua dewan penyusun kamus Pali Myanmar .
Beliau memiliki jabatan-jabatan fungsional di lembaga-lembaga resmi baik di Myanmar, negeri asalnya (yang dulu bernama Burma) maupun di luar negeri.
Di dalam negeri beliau menjabat sebagai dosen pada Universitas Pali Atithokdayone, serta sebagai penguji kehormatan pada Departemen Studi Oriental Universitas Seni dan Ilmu Pengetahuan di Mandalay, Myanmar bagian utara.
Pada tahun 1979 Mahasi Sayadaw mengirim para murid utamanya ke Eropa dan Amerika Serikat. Sayadaw U Silananda adalah salah satu murid beliau yang dikirim ke Amerika Serikat. Selama di negeri Paman Sam ini beliau menyelenggarakan meditasi vipassana secara teratur dan menerima banyak murid dari berbagai kalangan baik dari imigran keturunan Asia maupun masyarakat lokal. Selain membimbing vipassana bhavana beliau mengajarAbidhamma dan bahasa Pali serta memberikan pengajaran Buddhis lainnya.
Pada tahun 1993 beliau kembali ke Myanmar sebentar. Di sana beliau dianugerahi gelar kehormatan Aggamahapandita oleh pemerintah. Enam tahun kemudian beliau kembali pulang. Sekali lagi beliau dianugerahi gelarAggamahasaddhamma Jotika.
Pada saat yang sama beliau diangkat sebagai rektor di International Theravada Buddhist Misionary University yang terletak di Ibukota Yangoon Myanmar.
Daerah penyebaran dhamma beliau sangat luas. Selain Amerika Serikat beliau juga membabarkan dhamma ke beberapa negara Eropa dan Asia termasuk Jepang. Murid-murid beliau datang dari berbagai kalangan mulai dari perumahtangga, pejabat, para mahasiswa sampai para bhikkhu.
Dhamma yang beliau ajarkan disampaikan melalui berbagai bahasa, tergantung dari pendengarnya, mulai dari bahasa Inggris, Pali sampai Sansekerta. Selain memberikan ceramah-ceramah dhamma beliau pun menyempatkan diri untuk menulis buku-buku dhamma diantaranya buku Meditasi Jalan yang terjemahannya sedang anda baca saat ini. Umumnya buku-buku tersebut ditulis dalam bahasa Burma dan Inggris.
Pada tahun 2005 ada sebuah ajang internasional di Myanmar yakni World Buddhist Summit. Pada event tersebut beliau bertindak sebagai ketua. Para peserta konferensi tingkat tinggi buddhis internasional itu datang dari berbagai negara termasuk beberapa bhikkhu Theravada dari Indonesia.
Pada bulan Januari 2005 beliau melakukan perjalanan singkat ke Indonesia. Di negeri ini beliau menyempatkan diri mengunjungi Borobudur setelah memberikan ceramah dhamma di Jakarta. Sekembalinya dari Indonesia kesehatan beliau terus menurun. Penyakit kanker otak yang diderita membuat beliau dilarikan ke rumah sakit.
Sayadaw U Silananda yang merintis pendirian Vihara Dhammananda (di Halfmoon Bay, California) sekaligus ketua vihara ini menghembuskan nafas terakhir pada pagi hari pukul 07:24 waktu setempat tanggal 13 Agustus 2005. Menurut penuturan para dokter beliau meninggal dengan tenang.
KENANGAN PARA SAHABAT :
Sayadaw U Sobana (84 tahun) :
Sayadaw U Sobana bertemu yuniornya ini pada pertama kali saat mempersiapkan Konsili Buddhist ke-enam di Kaba Aye, sebuah pagoda bernama “dunia damai”, di Yangoon Myanmar tahun 1952.
Setahun kemudian keduanya berpisah karena Sayadaw U Sobana dikirim ke Colombo, Sri Lanka, untuk menjalankan tugas-tugas dalam Buddha Sasana di negeri Buddhis tersebut.
Sayadaw U Silananda bergabung dengan beliau setahun setelahnya yakni di tahun 1954. Di tempat barunya Sayadaw U Silananda kuliah di sebuah universitas dan menyelesaikan kuliah itu di tahun 1956.
Sayadaw U Sobana hanya mendapatkan satu kesan, yakni kesan baik, dari yuniornya ini. Sang yunior, Sayadaw U Silananda selalu memperlakukan Sayadaw U Sobana sebagai saudara tua. Pada saat-saat tertentu Sayadaw U Silananda datang kepada saudara tuanya untuk meminta nasehat.
Pada saat Sayadaw U Sobana berada di Bangkok Thailand untuk membantu mengembangkan Buddha Dhamma beliau mendapat undangan yuniornya, Sayadaw U Silananda, untuk berkunjung ke Amerika Serikat. Waktu itu Sayadaw U Silananda telah berhasil merintis berdirinya Vihara Dhammananda.
Selama tinggal dengan yuniornya Sayadaw U Sobana melihat hidup keseharian saudara mudanya yang begitu sederhana. Demikian pula beliau melihat saudara mudanya ini melakukan aneka jenis ritual buddhis secara sederhana pula. Sayadaw U Silananda memang tidak mendukung upacara, ritual buddhis yang rumit dan mewah.
Sayadaw U Sobana berpesan agar para umat yang pernah mendapatkan pengajaran dari Sayadaw U Silananda mampu menjaga warisan yang telah ditinggalkan guru mereka, yakni dhamma itu sendiri.
Sayadaw U Jotalanka :
Sayadaw U Jotalanka mengekspresikan meninggalnya Sang guru, Sayadaw U Silananda, sebagai sebuah kehilangan besar yang sulit tergantikan.
Sayadaw U Jotalanka adalah salah satu mahasiswa Sayadaw U Silananda saat beliau menuntut ilmu di Mandalay, Myanmar, antara tahun 1970-1974. Beliau sebenarnya ingin melanjutkan studinya sampai rampung tapi banyak tugas-tugas pengembangan dhamma yang harus beliau kerjakan. Atas saran gurunya maka Sayadaw U Jotalanka dikirim ke Jepang untuk membantu pengembangan dhamma di sana. Saat beliau bermukim di negeri matahari terbit ini gurunya memintanya ke Amerika Serikat dan bergabung bersamaNya untuk mengembangkan dhamma di sana.
Sayadaw U Jotalanka berkomentar tentang meninggalnya Sang guru sebagai berikut, “Kami semua sedih. Tapi kita harus belajar dari Buddha Dhamma sesuatu yang sangat berharga melalui sakit yang diderita beliau dan kepergianNya. Bahwa setiap orang pasti akan mengalami realitas seperti kematian. Kita harus berusaha sebaik-baiknya untuk menjaga warisan yang beliau tinggalkan yakni ajaran dan praktek dhamma.”
President TBSA dan dr Than Htay (saudara perempuan dari Sayadaw U Silanada):
Beberapa hari sebelum meninggal dunia sebagian organ dalam beliau seperti ginjal dan lever tidak berfungsi dengan baik. Selain itu proses pengobatan yang beliau jalani membuahkan akibat sampingan. Meski tidak memiliki sejarah sakit kencing manis kadar gula darah beliau meninggi sebagai akibat sampingan pengobatan yang dilakukan.
Setelah berunding dengan para dokter setempat keduanya memutuskan untuk menempatkan Sayadaw U Silananda di luar ruang ICU (Intensive Care Unit). Maklum ruang ICU sangat ketat, tidak boleh sembarangan dimasuki orang. Hal ini menyulitkan para umatNya untuk menjenguk beliau di saat-saat terakhirNya.
Kemudian beliau dipindahkan ke ruang perawatan semi ICU. Di ruang barunya ini Sayadaw tetap bisa menggunakan jubah kuningnya dan bercukur. Disamping itu para umatpun bisa menjenguk dan memberi hormat kepada beliau. Meski ruang perawatannya dipindah beliau tetap mendapatkan perawatan dan pengobatan sebagaimana mestinya.
“Kita telah kehilangan guru yang tak tergantikan. Seorang guru yang dikenal memiliki pariyatti, paripatti dan pariveda dhamma,” kata dr. Than Htay.



repost from : http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1313&multi=T&hal=0